بسم الله الرحمن الرحيم
*Ekonomi Syari'ah : Hukum Pergadaian Didalam Islam*
_Oleh : Tommy Abdillah_
(Admin Grup Tausiyah WA)
Menjalani kehidupan sehari2 manusia tdk dpt dilepaskan dari aktivitas ekonomi (muamalah). Interaksi manusia yg satu dgn manusia yg lainnya bertujuan utk saling tolong menolong dlm kebaikan dlm rangka menunjang kehidupan. Islam sbg agama yg sempurna (Kaffah) tlh mengatur tentang konsep perekonomian diantaranya adl aqad Rahin atau gadai.
Setiap mukmin memiliki kewajiban utk memahami hukum2 muamalah sebelum beraktivitas bisnis termasuk mengenal aqad pergadaian Islam agar mengetahui perbedaan antara konsep pergadaian didlm Islam dgn pergadaian dlm sistem ekonomi konvensional Kapitalisme utk dijauhi & ditinggalkan.
*Fakta Pergadaian*
Definisi Gadai menurut kitab Undang2 Hukum Perdata Pasal 1150, gadai adl hak yg diperoleh seorang yg mempunyai piutang atas suatu barang bergerak. Barang bergerak tsb diserahkan kpd orang yg berpiutang oleh seorang yg mempunyai utang atau oleh seorang lain atas nama orang yg mempunyai utang. Seorang yg berutang tsb memberikan kekuasaan kpd orang berpiutang utk menggunakan barang bergerak yg tlh diserahkan utk melunasi utang apabila pihak yg berutang tdk dpt memenuhi kewajibannya pd saat jatuh tempo.(http://id.m.wikipedia.org/wiki/Pegadaian_%28perusahaan%29).
Jd gadai dlm sistem Kapitalisme konvensional adl transaksi utang piutang yg disertai agunan dlm bentuk harta bergerak. Dimana orang yg berhutang (debitur) menyerahkan harta bergerak miliknya kpd pihak yg memberi hutan (kreditur) sbg jaminan utangnya shg jika debitur tdk bisa melunasinya utangnya pd saat jatuh tempo maka kreditur bisa menjual harta yg menjadi agunan & hasil penjualannya digunakan utk membayar utang tsb. Debitur akan dikenakan bunga/riba yg disebut dgn modal & biaya administrasi. Bunga dibayarkan pd saat penebusan barang.
(Ref : KH.Hafiz Abdurrahman, MA. Buku Bisnis & Muamalah Kontemporer).
Berdasarkan fakta dari transaksi gadai konvensional terkandung bunga/riba yg hukumnya adl Haram.
Utk menarik simpati konsumen pergadaian konvensional membuat slogan, "Mengatasi masalah tanpa masalah". Pd hal didlm Islam bila seseorang tlh terjebak pd sistem ekonomi ribawi akan berimplikasi buruk bagi kehidupan ekonominya. Hidup serasa sempit & jauh dari ketenangan serta kedamaian. Malah bukan mengatasi masalah tanpa masalah tp malah justru menambah masalah tambah ruwet & njelimet.
*Gadai Didalam Islam*
Gadai didlm ekonomi Islam.
(Ar-rahnu) adl : Harta yg dijadikan sbg jaminan hutang agar utang itu bisa dibayar dgn harganya jika tdk bisa dibayar oleh pihak yg wajib membayarnya.
(Ref : Syaikh Taqiyuddin An-nabhani, Kitab Syakhsiyah Al-Islamiyah Juz 2).
Para ulama tlh bersepakat bhw hukum gadai (ar-rahn) adl mubah atau boleh, meskipun sebagian ulama yg lain bersilang pendapat bila gadai itu dilakukan dalam keadaan mukim. Akan tetapi, pendapat yg lbh rajih (kuat) adl bolehnya melakukan gadai dlm 2 keadaan tsb. Sebab riwayat 'Aisyah diatas dgn jelas menunjukkan bhw Nabi Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam melakukan muamalah gadai di Madinah & beliau tdk dlm kondisi safar, tetapi sedang mukim.
Salah satu dalil hadist dibolehkannya gadai adl :
حَدَّثَنَا مُسَدَّدٌ حَدَّثَنَا عَبْدُ الْوَاحِدِ حَدَّثَنَا الْأَعْمَشُ قَالَ تَذَاكَرْنَا عِنْدَ إِبْرَاهِيمَ الرَّهْنَ وَالْقَبِيلَ فِي السَّلَفِ فَقَالَ إِبْرَاهِيمُ حَدَّثَنَا الْأَسْوَدُ عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اشْتَرَى مِنْ يَهُودِيٍّ طَعَامًا إِلَى أَجَلٍ وَرَهَنَهُ دِرْعَهُ
Artinya : Telah menceritakan kepada kami Musaddad telah menceritakan kepada kami 'Abdul Wahid telah menceritakan kepada kami Al-A'masy berkata; kami menceritakan di hadapan Ibrahim tentang masalah gadai dan pembayaran tunda dalam jual beli. Maka Ibrahim berkata; telah menceritakan kepada kami Al-Aswad dari 'Aisyah radliallahu 'anha bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam pernah membeli makanan dari orang Yahudi dengan pembayaran tunda sampai waktu yang ditentukan, yang Beliau menggadaikan (menjaminkan) baju besi Beliau.(HR.Bukhari No.2.326).
Rukun aqad gadai adl sbb :
1. Al-Marhuun (barang yg digadaikan).
2. Al-Marhun bihi (hutang).
3. Aqad/Shighah.
4. 2 pihak yg bertransaksi yaitu Raahin (orang yang menggadaikan) & Murtahin (pemberi hutang).
Aqad gadai tdk sempurna sampai harta agunan diserah terimakan oleh orang yg mengagunankan kpd orang yg menerima agunan pd saat berlangsung aqad utang. Harta yg diagunkan adl harta yg secara syar'ie boleh & sah utk dijual agar jaminan utang bisa dibayar bila tdk mampu membayarnya. Shg Haram hukumnya menjaminkan barang2 yg diharamkan alkohol (Khamar), harta hasil curian atau hewan sprti Babi.
Setelah aqad serah terima, agunan berada dibawah kekuasaan Al-murtahin atau orang yg menerima agunan. Namun bukan berarti ia boleh memanfaatkannya sebab harta agunan itu menjadi pemilik yg menggadaikan. Hal itu jg dpt menjadi tambahan manfaat diluar aqad jaminan yg hukumnya adl riba qardh.
*Penutup*
Dari penjelasan yg ringkas diatas Hukum asal Ar-rahnu atau gadai didlm Islam adl mubah atau selama memenuhi syarat2 & rukun pergadaian serta tdk terkandung didlmnya unsur bunga ataupun riba.
Wallahu a'lam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar