Sabtu, 17 Desember 2016
GPS warga Aleppo

Gerakan peduli sesama (GPS) mengadakan aksi penggalangan dana untuk saudara kita di Aleppo.
Gerakan peduli sesama ini baru di bentuk 1bulan yang lalu, namu aksi kali ini adalah aksi ke 5 sebelumnya aksi peduli Garut, aksi peduli Rohingnya, aksi peduli Aceh dan kali ini aksi peduli Aleppo.
Dalam aksi peduli Aleppo kali ini di hadiri oleh beberapa organisasi dan lembaga yang ada di kota Batam.
Dari wawancara kepada koordinator pelaksana,adin mengatakan bahwa acara ini dilaksanakan atas kepedulian para pemuda/i kota Batam kepada saudara-saudara kita yang tertimpa musibah di Aleppo atas agresi pemerintah Basar Asad dan koalisinya. Selain penggalangan dana, aksi ini juga meminta kepada pemerintah RI untuk melakukan tindakan atas kezoliman yang terjadi di Aleppo.
Hingga berita ini di terbitkan penggalangan dana masih dilaksanakan oleh GPS, semoga bantuan yang diberikan dapat bermanfaat bagi saudara kita yang ada di Aleppo.( Batam,18/12).
Sabtu, 10 Desember 2016
Jawaban ujian mid semester 6 STIDKI Al Aziz kota Batam
Nama : Tarmizi
Jurusan : Komunikasi penyiaran Islam ( KPI )
Dosen : Candra P.pusponegoro,SS
Mata kuliah : komputer dan masyarakat Islam
Soal 1. Perbandingan kondisi masyarakat Islam 50thn yang lalu,masa sekarang dan 50 thn kemudi ? , Jika tidak ada komputer apakah Islam bisa semakin maju dan berkembang? Bagaimana pendangan Anda terhadap kondisi masyarakat Islam dari waktu ke waktu ?
Jawab
Kondisi masyarakat Islam 50 tahun yang lalu merupakan masyarakat yang terkotak-kotak dengan pemahaman nasionalisme,sehingga meskipun secara jumlah umat Islam banyak namun tidak memiliki kekuatan yang superpower dibandingkan dengan sejarah kegemilangan umat Islam yang berjaya hingga 14 abad lamanya dengan persatuan Islam yang di pimpin dengan sistem penerapan Islam secara Kaffa di seluruh sendi kehidupan. Al-Quran dan hadits nabi menjadi sumber hukum dalam kehidupan. Namun setelah runtuhnya kekhalifahan Turki Usmani tahun 1924 tidak ada negara Islam yang menerapkan syariat Islam secara Kaffah dalam kehidupan ini sehingga Islam rahmatan lilalamin tidak dapat terwujud secara sempurna. Kemudian Islam sekarang sudah mulai nampak kebangkitan nya dengan semakin sadar nya ummat ini dengan syariat Islam sebagai aturan dalam kehidupan sehingga menurut pandangan saya Islam 50 thn kemudian akan kembali berjaya dengan menerapkan Islam secara Kaffah dalam kehidupan ini. Dan jika Tanpa komputer atau teknologi ummat Islam akan sulit untuk maju dan berkembang karena teknologi merupakan alat untuk memudahkan dan mempercepat perkembangan kehidupan ini. Sewaktu Islam berjaya teknologi dikuasai oleh ummat ini namun setelah ummat ini terpecah-belah dengan sekat sekat nasionalisme maka Islam mudah di adudomba dan dicerai berai, semoga Islam kembali berjaya dengan bersatu dengan akidah sehingga islam tidak lagi terpecah-belah dengan sekat nasionalisme,fanatisme golongan sehingga Islam kembali berjaya Aamiin .
Soal no 2 Apakah Anda sering menemukan gangguan komunikasi dalam hubungan masyarakat serta apa solusinya.?
Jawab
Gangguan komunikasi dalam hubungan masyarakat tentunya ada dan solusinya adalah Dengan mendeteksi masalah komunikasi dimana masalahnya?, misalnya gangguan komunikasi dalam teknologi maka kita harus paham dengan teknologi sehingga kita mampu mengoptimalkan komunikasi kita dengan masyarakat.
Demikian jawaban dari pertanyaan ujian mid semester 6 mata kuliah komputer dan masyarakat Islam.
Jumat, 09 Desember 2016
Jawaban soal mid semester mata kuliah praktikum komputer
Nama : Tarmizi
Semester : 6
Mata kuliah : praktikum komputer
Dosen : Candra p Pusponegoro,ss
Soal 1. bagaimanakah pandangan Anda teknologi saat ini di banding 25 tahun ke depan.
Perkembangan teknologi saat ini merupakan kebutuhan yang dibutuhkan oleh masyarakat dewasa ini karena setiap individu pasti membutuhkan bantuan dari orang lain. Teknologi merupakan alat bantu untuk memudahkan manusia untuk melaksanakan segala aktivitasnya sehingga memudahkan kita untuk melaksanakan aktivitas tersebut. Perkembangan teknologi jika di bandingkan dengan tahun-tahun kemarin tentu jauh berkembang misal dahulu telepon hanya bisa digunakan untuk berbicara saja. Namun di era ini kita melihat kecanggihan telepon selain berbicara bisa digunakan untuk menjelajahi dunia maya. Lalu ketika kita berbicara teknologi yang akan terjadi 25 tahun ke depan tentunya kita sudah dapat memprediksi bagai mana kecanggihan teknologi yang akan terjadi 25 tahun kedepan, misalnya penggunaan data, pengunaan internet tentunya dapat kita prediksi dengan melihat perkembangan yang telah ada dan tidak menutup kemungkinan hal hal baru akan di ciptakan 25 tahun kedepan yang pasti kita jangan pernah merasa puas dengan teknologi sekarang tanpa kita harus membuat inovasi dan ide ide baru agar teknologi yang kita punya sekarang tidak tergusur oleh zaman.
Soal ke 2. Analisis kegagalan akibat pendakwah tidak mampu mengoperasikan teknologi serta berikan solusinya?
Hambatan hambatan jika seorang pendakwah tidak mampu mengoperasikan teknologi:
1. Pesan dakwah akan lambat tersampaikan ke publik.
2. Informasi terkini terkait perkembangan agama akan lambat diterima.
3. Keterbatasan ilmu karena kurangnya referensi
4. Seorang dai akan di anggap kuno dan monoton.
Solusinya: seorang da'i harus paham dengan teknologi,sebagai tambahan ilmu pengetahuan. Seorang da'i tidak boleh minder apalagi jika tidak mau peduli dengan teknologi karena dengan teknologi kita akan mudah untuk berdakwah.
Senin, 21 November 2016
inspirasi nikmatnya iman
*KISAH INDAH DARI IRENE HANDONO*. . Namaku Irene Handono. Aku dibesarkan dalam keluarga yang rilegius. Ayah dan ibuku merupakan pemeluk Katholik yang taat. Sejak bayi aku sudah dibaptis, dan sekolah seperti anak-anak lain. Aku juga mengikuti kursus agama secara privat. Ketika remaja aku aktif di Organisasi gereja.
Sejak masa kanak-kanak, aku sudah termotivasi untuk masuk biara. Bagi orang Katholik, hidup membiara adalah hidup yang paling mulia, karena pengabdian total seluruh hidupnya hanya kepada Tuhan. Semakin aku besar, keinginan itu sedemikian kuatnya, sehingga menjadi biarawati adalah tujuan satu-satunya dalam hidupku.
Kehidupanku nyaris sempurna, aku terlahir dari keluarga yang kaya raya, kalau diukur dari materi. Rumahku luasnya 1000 meter persegi. Bayangkan, betapa besarnya. Kami berasal dari etnis Tionghoa. Ayaku adalah seorang pengusaha terkenal di Surabaya, beliau merupakan salah satu donator terbesar gereja di Indonesia. Aku anak kelima dan perempuan satu-satunya dari lima bersaudara.
Aku amat bersyukur karena dianugrahi banyak kelebihan. Selain materi, kecerdasanku cukup lumayan. Prestasi akademikku selalu memuaskan. Aku pernah terpilih sebagai ketua termuda pada salah satu organisasi gereja. Ketika remaja aku layaknya remaja pada umumnya, punya banyak teman, aku dicintai oleh mereka, bahkan aku menjadi favorit bagi kawan-kawanku.
Intinya, masa mudaku kuhabiskan dengan penuh kesan, bermakna, dan indah. Namun demikian aku tidak larut dalam semaraknya pergaulan muda-mudi, walalupun semua fasilitas untuk hura-hura bahkan foya-foya ada. Keinginan untuk menjadi biarawati tetap kuat. Ketika aku lulus SMU, aku memutuskan untuk mengikuti panggilan Tuhan itu.
Tentu saja orang tuaku terkejut. Berat bagi mereka untuk membiarkan anak gadisnya hidup terpisah dengan mereka. Sebagai pemeluk Katholik yang taat, mereka akhirnya mengikhlaskannya. Sebaliknya dengan kakak-kakaku, mereka justru bangga punya adik yang masuk biarawati.
Tidak ada kesulitan ketika aku melangkah ke biara, justru kemudahan yang kurasakan. Dari banyak biarawati, hanya ada dua orang biara yang diberi tugas ganda. Yaitu kuliah di biara dan kuliah di Instituit Filsafat Teologia, seperti seminari yang merupakan pendidikan akhir pastur. Salah satu dari biarawati yang diberi keistimewaan itu adalah saya.
Dalam usia 19 tahun Aku harus menekuni dua pendidikan sekaligus, yaknip endidikan di biara, dan di seminari, dimana aku mengambil Fakultas Comparative Religion, Jurusan Islamologi.
Di tempat inilah untuk pertama kali aku mengenal Islam. Di awal kuliah, dosen memberi pengantar bahwa agama yang terbaik adalah agama kami sedangkan agama lain itu tidak baik. Beliau mengatakan, Islam itu jelek. Di Indonesia yang melarat itu siapa?, Yang bodoh siapa? Yang kumuh siapa? Yang tinggal di bantaran sungai siapa? Yang kehilangan sandal setiap hari jumat siapa? Yang berselisih paham tidak bisa bersatu itu siapa? Yang jadi teroris siapa? Semua menunjuk pada Islam. Jadi Islam itu jelek.
Aku mengatakan kesimpulan itu perlu diuji, kita lihat negara-negara lain, Philiphina, Meksiko, Itali, Irlandia, negara-negara yang mayoritas kristiani itu tak kalah amburadulnya. Aku juga mencontohkan negara-negara penjajah seperti terbentuknya negara Amerika dan Australia, sampai terbentuknya negara Yahudi Israel itu, mereka dari dulu tidak punya wilayah, lalu merampok negara Palestina.
Jadi tidak terbukti kalau Islam itu symbol keburukan. Aku jadi tertarik mempelajari masalah ini. Solusinya, aku minta ijin kepada pastur untuk mempelajari Islam dari sumbernya sendiri, yaitu al-Qur'an dan Hadits. Usulan itu diterima, tapi dengan catatan, aku harus mencari kelemahan Islam.
Ketika pertama kali memegang kitab suci al-Qur'an, aku bingung. Kitab ini, mana yang depan, mana yang belakang, mana atas mana bawah. Kemudian aku amati bentuk hurufnya, aku semakin bingung. Bentuknya panjang-panjang, bulat-bulat, akhirnya aku ambil jalan pintas, aku harus mempelajari dari terjemah.
Ketika aku pelajari dari terjemahan, karena aku tak mengerti bahwa membaca al-Quran dimulai dari kiri, aku justru terbalik dengan membukanya dari kanan. Yang pertama kali aku pandang, adalah surat Al Ikhlas.
Aku membacanya, bagus surat al-Ikhlas ini, pujiku. Suara hatiku membenarkan bahwa Allah itu Ahad, Allah itu satu, Allah tidak beranak, tidak diperanakkan dan tidak sesuatu pun yang menyamai Dia. "Ini 'kok bagus, dan bisa diterima!" pujiku lagi.
Pagi harinya, saat kuliah Teologia, dosen saya mengatakan, bahwa Tuhan itu satu tapi pribadinya tiga, yaitu Tuhan Bapak, Tuhan Putra dan Tuhan Roh Kudus. Tiga Tuhan dalam satu, satu Tuhan dalam tiga, ini yang dinamakan trinitas, atau tritunggal. Malamnya, ada yang mendorong diriku untuk mengaji lagi surat al-Ihklas. "Allahhu ahad, ini yang benar," putusku pada akhirnya.
Maka hari berikutnya terjadi dialog antara saya dan dosen-dosen saya. Aku katakan, "Pastur (Pastur), saya belum paham hakekat Tuhan."
"Yang mana yang Anda belum paham?" tanya Pastur. Dia maju ke papan tulis sambil menggambar segitiga sama sisi, AB=BC=CA. Aku dijelaskan, segitiganya satu, sisinya tiga, berarti tuhan itu satu tapi pribadinya tiga. Tuhan Bapak sama kuasanya dengana Tuhan Putra sama dengan kuasanya Tuhan Roh Kudus. Demikian Pastur menjelaskan.
"Kalau demikian, suatu saat nanti kalau dunia ini sudah moderen, iptek semakin canggih, Tuhan kalau hanya punya tiga pribadi, tidak akan mampu untuk mengelola dunia ini. Harus ada penambahnya menjadi empat pribadi," tanyaku lebih mendalam.
Dosen menjawab, "Tidak bisa!" Aku jawab bisa saja, kemudian aku maju ke papan tulis. Saya gambar bujur sangkar. Kalau dosen saya mengatakan Tuhan itu tiga dengan gambar segitiga sama sisi, sekarang saya gambar bujur sangkar. Dengan demikian, bisa saja saya simpulkan kalau tuhan itu pribadinya empat. Pastur bilang, tidak boleh. Mengapa tidak boleh? Tanya saya semakin tak mengerti.
"Ini dogma, yaitu aturan yang dibuat oleh para pemimpin gereja!" tegas Pastur. Aku katakan, kalau aku belum paham dengan dogma itu bagaimana? "Ya terima saja, telan saja. Kalau Anda ragu-ragu, hukumnya dosa!" tegas Pastur mengakhiri.
Walau pun dijawab demikian, malam hari ada kekuatan yang mendorong saya untuk kembali mempelajari surat al-Ikhlas. Ini terus berkelanjutan, sampai akhirnya aku bertanya kepada Pastur, "Siapa yang membuat mimbar, membuat kursi, meja?" Dia tidak mau jawab.
"Coba Anda jawab!" Pastur balik bertanya. Dia mulai curiga. Aku jawab, itu semua yang buat tukang kayu.
"Lalu kenapa?" tanya Pastur lagi. "Menurut saya, semua barang itu walaupun dibuat setahun lalu, sampai seratus tahun kemudian tetap kayu, tetap meja, tetap kursi. Tidak ada satu pun yang membuat mereka berubah jadi tukang kayu," saya mencoba menjelaskan.
"Apa maksud Anda?" Tanya Pastur penasaran. Aku kemudian memaparkan, bahwa Tuhan menciptakan alam semesta dan seluas isinya termasuk manusia. Dan manusia yang diciptakan seratus tahun lalu sampai seratus tahun kemudian, sampai kiamat tetap saja manusia, manusia tidak mampu mengubah dirinya menjadi Tuhan, dan Tuhan tidak boleh dipersamakan dengan manusia.
Malamnya, kembali kukaji surat al-Ikhlas. Hari berikutnya, aku bertanya kepada Pastur, "Siapa yang melantik RW?" Saya ditertawakan. Mereka pikir, ini 'kok ada suster yang tidak tahu siapa yang melantik RW?
"Sebetulnya saya tahu," ucapku. "Kalau Anda tahu, mengapa Anda Tanya? Coba jelaskan!" tantang mereka. "Menurut saya, yang melantik RW itu pasti eselon di atasnya, lurah atau kepala desa. Kalau sampai ada RW dilantik RT jelas pelantikan itu tidak syah." "Apa maksud Anda?" Mereka semakin tak mengerti.
Saya mencoba menguraikan, "Menurut pendapat saya, Tuhan itu menciptakan alam semesta dan seluruh isinya termasuk manusia. Manusia itu hakekatnya sebagai hamba Tuhan. Maka kalau ada manusia melantik sesama manusia untuk menjadi Tuhan, jelas pelantikan itu tidak syah."
Malam berikutnya, saya kembali mengkaji surat al-Ikhlas. Kembali terjadi dialog-dialog, sampai akhirnya saya bertanya mengenai sejarah gereja.
Menurut semua literratur yang saya pelajari, dan kuliah yang saya terima, Yesus untuk pertama kali disebut dengan sebutan Tuhan, dia dilantik menjadi Tuhan pada tahun 325 Masehi. Jadi, sebelum itu ia belum menjadi Tuhan, dan yang melantiknya sebagai Tuhan adalah Kaisar Constantien kaisar romawi.
Pelantikannya terjadi dalam sebuah conseni (konferensi atau muktamar) di kota Nizea. Untuk pertama kali Yesus berpredikat sebagai Tuhan. Maka silahkan umat kristen di seluruh dunia ini, silahkan mencari cukup satu ayat saja dalam injil, baik Matius, Markus, Lukas, Yohanes, mana ada satu kalimat Yesus yang mengatakan 'Aku Tuhanmu'? Tidak pernah ada.
Mereka kaget sekali dan mengaggap saya sebagai biarawati yang kritis. Dan sampai pada pertemuan berikutnya, dalam al-Quran yang saya pelajari, ternyata saya tidak mampu menemukan kelemahan al-Qur'an. Bahkan, saya yakin tidak ada manusia yang mampu.
Kebiasaan mengkaji al-Qur'an tetap saya teruskan, sampai saya berkesimpulan bahwa agama yang hak itu cuma satu, Islam. Subhanaallah.
Saya mengambil keputusan besar, keluar dari biara. Itu melalui proses berbagai pertimbangan dan perenungan yang dalam, termasuk melalui surat dan ayat. Bahkan, saya sendiri mengenal sosok Maryam yang sesungguhnya dari al-Qur'an surat Maryam. Padahal, dalam doktrin Katholik, Maryam menjadi tempat yang sangat istimewa. Nyaris tidak ada doa tanpa melalui perantaranya. Anehnya, tidak ada Injil Maryam.
Jadi saya keluar dengan keyakinan bahwa Islam agama Allah. Tapi masih panjang, tidak hari itu saya bersyahadat. Enam tahun kemudian aku baru mengucapkan dua kalimah syahadat.
Selama enam tahun, saya bergelut untuk mencari. Saya diterpa dengan berbagai macam persoalan, baik yang sedih, senang, suka dan duka. Sedih, karena saya harus meninggalkan keluarga saya. Reaksi dari orang tua tentu bingung bercampur sedih.
Sekeluarnya dari biara, aku melanjutkan kuliah ke Universitas Atmajaya. Kemudian aku menikah dengan orang Katholik. Harapanku dengan menikah adalah, aku tidak lagi terusik oleh pencarian agama. Aku berpikir, kalau sudah menikah, ya selesai!
Ternyata diskusi itu tetap berjalan, apalagi suamiku adalah aktifis mahasiswa. Begitu pun dengan diriku, kami kerap kali berdiskusi. Setiap kali kami diskusi, selalu berakhir dengan pertengkaran, karena kalau aku mulai bicara tentang Islam, dia menyudutkan. Padahal, aku tidak suka sesuatu dihujat tanpa alasan. Ketika dia menyudutkan, aku akan membelanya, maka jurang pemisah itu semakin membesar, sampai pada klimaksnya.
Aku berkesimpulan kehidupan rumah tangga seperti ini, tidak bisa berlanjut, dan tidak mungkin bertahan lama. Aku mulai belajar melalui ustadz. Aku mulai mencari ustadz, karena sebelumnya aku hanya belajar Islam dari buku semua. Alhamdulillah Allah mempertemuka saya dengan ustadz yang bagus, diantaranya adalah Kyai Haji Misbah (alm.). Beliau ketua MUI Jawa Timur periode yang lalu.
Aku beberapa kali berkonsultasi dan mengemukakan niat untuk masuk Islam. Tiga kali ia menjawab dengan jawaban yang sama, "Masuk Islam itu gampang, tapi apakah Anda sudah siap dengan konsekwensinya?"
"Siap!" jawabku. "Apakah Anda tahu konsekwensinya?" tanya beliau. "Pernikahan saya!" tegasku. Aku menyadari keinginanku masuk Islam semakin kuat. "Kenapa dengan dengan perkawinan Anda, mana yang Anda pilih?" Tanya beliau lagi. "Islam" jawabku tegas.
Akhirnya rahmat Allah datang kepadaku. Aku kemudian mengucapkan dua kalimat syahadat di depan beliau. Waktu itu tahun 1983, usiaku 26 tahun. Setelah resmi memeluk Islam, aku mengurus perceraianku, karena suamiku tetap pada agamanya. Pernikahanku telah berlangsung selama lima tahun, dan telah dikaruniai tiga orang anak, satu perempuan dan dua laki-laki. Alhamdulillah, saat mereka telah menjadi muslim dan muslimah.
Setelah aku mengucapkan syahadat, aku tahu persis posisiku sebagai seorang muslimah harus bagaimana. Satu hari sebelum ramadhan tahun dimana aku berikrar, aku langsung melaksanakan shalat.
Pada saat itulah, salah seorang kakak mencari saya. Rumah cukup besar. Banyak kamar terdapat didalamnya. Kakakku berteriak mencariku. Ia kemudian membuka kamarku. Ia terkejut, 'kok ada perempuan shalat? Ia piker ada orang lain yang sedang shalat. Akhirnya ia menutup pintu.
Hari berikutnya, kakakku yang lain kembali mencariku. Ia menyaksikan bahwa yang sedang shalat itu aku. Selesai shalat, aku tidak mau lagi menyembunyikan agama baruku yang selama ini kututupi. Kakakku terkejut luar biasa. Ia tidak menyangka adiknya sendiri yang sedang shalat. Ia tidak bisa bicara, hanya wajahnya seketika merah dan pucat. Sejak saat itulah terjadi keretakan diantara kami.
Agama baruku yang kupilih tak dapat diterima. Akhirnya aku meninggalkan rumah. Aku mengontrak sebuah rumah sederhana di Kota Surabaya. Sebagai anak perempuan satu-satunya, tentu ibuku tak mau kehilangan. Beliau tetap datang menjenguk sesekali. Enam tahun kemudian ibu meninggal dunia. Setelah ibu saya meninggal, tidak ada kontak lagi dengan ayah atau anggota keluarga yang lain sampai sekarang.
Aku bukannya tak mau berdakwah kepada keluargaku, khususnya ibuku. Walaupun ibu tidak senang, ketegangan-ketegangan akhirnya terjadi terus. Islam, baginya identik dengan hal-hal negatif yang saya contohkan di atas. Pendapat ibu sudah terpola, apalagi usia ibu sudah lanjut.
Tahun 1992 aku menunaikan rukun Islam yang kelima. Alhamdulillah aku diberikan rejeki sehingga bisa menunaikan ibadah haji. Selama masuk Islam sampai pergi haji, aku selalu menggerutu kepada Allah, "kalau Engkau, ya Allah, menakdirkanku menjadi seorang yang mukminah, mengapa Engkau tidak menakdirkan saya menjadi anak orang Islam, punya bapak Islam, dan ibu orang Islam, sama seperti saudara-saudaraku muslim yang kebanyakan itu. Dengan begitu, saya tidak perlu banyak penderitan. Mengapa jalan hidup saya harus berliku-liku seperti ini?" ungkapku sedikit kesal.
Di Masjidil-Haram, aku bersungkur mohon ampun, dilanjutkan dengan sujud syukur. Alhamdulillah aku mendapat petunjuk dengan perjalan hidupku seperti ini. Aku merasakan nikmat iman dan nikmat Islam. Padahal, orang Islam yang sudah Islam tujuh turunan belum tentu mengerti nikmat iman dan Islam.
Islam adalah agama hidayah, agama hak. Islam agama yang sesuai dengan fitrah manusia. Manusia itu oleh Allah diberi akal, budi, diberi emosi, rasio. Agama Islam adalh agama untuk orang yang berakal, semakin dalam daya analisis kita, insya Allah, Allah akan memberi. Firman Allah, "Apakah sama orang yang tahu dan tidak tahu?"
Sepulang haji, hatiku semakin terbuka dengan Islam, atas kehendak-Nya pula aku kemudian diberi kemudahan dalam belajar agama tauhid ini. Alhamdulillah tidak banyak kesulitan bagiku untuk belajar membaca kitab-kitab.
Allah memberi kekuatan kepadaku untuk bicara dan berdakwah. Aku begitu lancar dan banyak diundang untuk berceramah. Tak hanya di Surabaya, aku kerap kali iundang berdakwah di Jakarta. Begitu banyak yang Allah karuniakan kepadaku, termasuk jodoh, melalui pertemuan yang Islami, aku dilamar seorang ulama. Beliau adalah Masruchin Yusufi, duda lima anak yang isterinya telah meninggal dunia. Kini kami berdua sama-sama aktif berdakwah sampai ke pelosok desa. Terjun di bidang dakwah tantangannya luar biasa. Alhamdulillah, dalam diri ini terus menekankan bahwa hidupku, matiku hanya karena Allah. *Semoga bermanfaat.Aamiin.* 💐💐💐💐💐💐💐💐💐💐
Jumat, 11 November 2016
pengalaman pertama kali mengoperasikan komputer
Nama : Tarmizi
Tema : Pengalaman pertamakali mengoperasikan komputer
Dosen : Candra Pusponegoro. SS
Diera modrenisasi saat ini komputer merupakan kebutuhan. Disini saya akan menceritakan pengalaman saya pertama kali mengoperasikan komputer, saat itu saya sama sekali belum tahu bagaimana menghidupkan komputer, namun saya berani untuk mencobanya karena sebelumnya saya sering melihat atasan saya di kantor menghidupkan komputer. Awalnya kita pasang stock kontak lalu kita nyalakan setiap stock kontak baik itu stock kontak monitor komputer, dan ic komputer setelah itu kita tekan tombol yang ada pada ic komputer dan tombol monitor komputer, setelah semua menyala maka kita siap untuk mengoperasikan komputer. Hal pertama yang saya pelajari saat mengoperasikan komputer adalah Word dan Excel. Hanya sekedar mengetik dalam bentuk Word. Namun Excel nya saya mencoba mempelajari apa yang telah di buat atau laporan yang di buat dalam bentuk Excel dan mempelajari rumus rumus yang ada dalam laporan tersebut namun sesekali saya menanyakan bagaimana rumus nya kepada teman sekerja saya. Dari pengalaman itu sedikit demi sedikit saya semakin mahir mengoperasikan komputer meskipun hanya Word dan Excel saja begitu lah pengalaman saya pertama kali mengoperasikan komputer semoga bermanfaat.
Rabu, 19 Oktober 2016
Thoriqoh Dakwah Rasulullah
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرِّحِيْم
Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Alhamdulillah wasyukrilla pada malam yang berbahagia ini kita dapat sama sama berkumpul dalam rangka menuntut ilmu. Semoga Allah mengilhami kita dengan pemahaman yang lurus dalam agama islam ini . Sebagai mana salah satu visi dalam semester 6 ini yaitu menjadikan mahasiswa /i semester ini cakap dalam berkomunikasi baik di dalam forum mau pun di luar forum. Sholawat teriring salam semoga juga selalu kita sampaikan ke haribaan junjungan kita nabi Muhammad saw, semoga shalawat yang senantiasa kita ucapkan kelak menjadi Syafaat di yaumil hisab nanti aamiin ya rabbal alamin.
Tema diskusi kita pada malam hari ini adalah meneladani metode dakwah Rasulullah saw.
Jika kita mengurai sejarah dakwah Rasulullah maka dapat kita tarik kesimpulan bahwa dakwah Rasulullah di bagi menjadi 3 tahapan yang di jalani ketika berdakwah di Mekkah lebih kurang 13 th dan di madinah lebih kurang 10 th. adapun dari tahapan tahapan metode atau thoriqoh dakwah Rasulullah saw yaitu :
1.Kaderisasi para sahabat untuk menanamkan aqidah, syakhsiyah /kepribadian dan tsaqofah /ilmu pemahaman islam tahapan ini sering kita sebut dengan dakwah secara sembunyi sembunyi.
2.Intraksi pemikiran dengan masyarakat. Setelah pemahaman tentang aqidah, syakhsiyah dan tsaqofah islam kepada para sahabat nabi maka tahapan kedua adalah interaksi pemikiran dengan masyarakat secara langsung. Dalam tahapan ini banyak para sahabat nabi di tindas dan di intimidasi meskipun para sahabat mampu untuk melakukan perlawanan secara fisik namun Rasulullah mengajurkan untuk bersabar. Dalam tahapan ini Rasulullah dan para sahabat menanamkan perubahan pemikiran /mainset dari kejahilan ke pemikiran yang islami.
3.Penerapan Islam secara kaffah.
Setelah adanya ba'iat aqobah yang ke dua oleh suku aus dan suku khazraj dalam peristiwa ini sering kita sebut dengan hijrah nya nabi di tahapan ini islam dapat di terapkan secara kaffah di tengah-tengah masyarakat madinah saat itu sehingga pengembangan dakwah dengan jihat dan futuhat yang menjadikan wilayah islam semakin luas.
Dari tahapan tahapan ini dapat lah kita jadikan sebagai metode dakwah /thoriqoh dakwah yang mengikuti dakwah Rasulullah saw.
Mengutip dari firman Allah SWT QS. Ar Ra'd ayat 11
إِنَّ اللّهَ لاَ يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُواْ مَا بِأَنْفُسِهِمْ
yang artinya " Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum, sebelum kaum itu sendiri mengubah apa yang ada pada diri mereka"
Dalam ayat tersebut menuntut manusia untuk berikhtiar dalam melakukan perubahan yang hakiki sehingga kita mampu merubah keadaan. Dalam kitab syeh Taqiyuddin an - Nabhani "Peraturan hidup dalam Islam halaman 7 dengan sub tema (jalan menuju iman). Bangkit nya manusia tergantung pada pemikiran nya tentang hidup, alam semesta, dan manusia, serta hubungan ke tiganya dengan sesuatu yang ada sebelum ke hidupan dunia dan yang ada sesudah nya. Agar manusia mampu bangkit harus ada perubahan mendasar dan menyeluruh terhadap pemikiran manusia dewasa ini, untuk kemudian di ganti dengan pemikiran lain. Sebab pemikiran lah yang membentuk dan memperkuat mafahim (presepsi) terhadap segala sesuatu. Disamping itu manusia selalu mengatur tingkah laku nya dalam kehidupan ini sesuai dengan mafahim nya terhadap ke hidupan. Jadi, tingkah laku manusia selalu berkaitan erat dengan mafahim yang di miliki nya. Dengan demikian apabila kita hendak mengubah tingkah laku manusia yang rendah menjadi luhur, maka tidak ada jalan lain kecuali harus mengubah mafhum nya terlebih dahulu.
Jika kita kait kan dengan metode dakwah Rasulullah saw yang pada awalnya adalah untuk menanamkan aqidah, syakhsiyah /kepribadian dan tsaqofah /ilmu pemahaman islam, setelah mafahim tersebut tertanam dalam jiwa para sahabat maka tahapan ke dua adalah berinteraksi dengan masyarakat untuk merubah pemahaman nya dari jahiliyah menjadi pemahaman yang islami. dan selanjutnya penerapan islam secara kaffah. Dari metode dakwah tersebut dapat kita contoh dalam era modernisasi saat ini yang mafhum nya sekuler, liberal, nasionalisme dan pluralisme yang harus diganti dengan pemikiran yang islami maka perubahan hakiki dapat kita rasakan seperti apa yang dirasakan saat para sahabat nabi merasakan perubahan jahiliyah ke pemahaman yang islami.
Semoga kita dapat mengikuti jejak dakwah Rasulullah saw Aamiin.
wallahu a’lam
By tarmizi
Jumat, 30 September 2016
menjaga lisan agar selalu berbicara baik
بسم الله الرحمن الرحيم
#MENJAGA LISAN AGAR SELALU BERBICARA BAIK#
Allah berfirman :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيرًا مِّنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ ۖ وَلَا تَجَسَّسُوا وَلَا يَغْتَب بَّعْضُكُم بَعْضًا ۚ أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَن يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۚ إِنَّ اللَّهَ تَوَّابٌ رَّحِيمٌ
“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan berprasangka, karena sesungguhnya sebagian tindakan berprasangka itu adalah dosa. Janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah kamu sebahagian kamu menggunjing sebahagian yang lain. Sukakah salah seorang diantara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati ? Tentu kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang” [Al-Hujurat : 12]
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
Saudaraku seiman, Segala puji hanyalah milik Allah Subhana wa ta'ala. Shalawat & salam senantiasa tercurahkan kpd Rasulullah Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallan, para keluarganya, sahabat2 nya & ummatnya yg istiqomah diatas sunnahnya hingga hari kiamat. menanggapi dari pertanyaan salah satu member di Group ini terkait tentang wanita yang suka menggunjing dan menjelek jelekkan suami orang, tp suka memuji muji suaminya sendiri, seakan akan suaminya dan dirinya yg paling baik. dari tafsiran ayat tersebut di atas
Firman Allah Swt.:
{وَلا تَجَسَّسُوا}
dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain.(Al-Hujurat: 12)
Yakni sebagian dari kalian terhadap sebagian yang lain. Lafaz tajassus pada galibnya (umumnya) menunjukkan pengertian negatif (buruk), karena itulah mata-mata dalam bahasa Arabnya disebut jaras. Adapun mengenai lafaz tahassus pada umumnya ditujukan terhadap kebaikan, seperti pengertian yang terdapat di dalam firman Allah Swt. yang menceritakan perihal Nabi Ya'qub yang telah mengatakan kepada putra-putranya:
{يَا بَنِيَّ اذْهَبُوا فَتَحَسَّسُوا مِنْ يُوسُفَ وَأَخِيهِ وَلا تَيْأَسُوا مِنْ رَوْحِ اللَّهِ}
Hai anak-anakku, pergilah kamu, maka carilah berita tentang Yusuf dan saudaranya, dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. (Yusuf: 87)
Tetapi adakalanya lafaz ini digunakan untuk pengertian negatif, seperti pengertian yang terdapat di dalam hadis sahih, bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:
"لَا تَجَسَّسُوا، وَلَا تَحَسَّسُوا، وَلَا تَبَاغَضُوا، وَلَا تَدَابَرُوا، وَكُونُوا عِبَادَ اللَّهِ إِخْوَانًا"
Janganlah kalian saling memata-matai dan janganlah pula saling mencari-cari kesalahan orang lain, dan janganlah pula saling membenci dan janganlah pula saling menjatuhkan, tetapi jadilah kamu sekalian hamba-hamba Allah yang bersaudara.
Al-Auza'i mengatakan bahwa tajassus ialah mencari-cari kesalahan pihak lain, dan tahassus ialah mencari-cari berita suatu kaum, sedangkan yang bersangkutan tidak mau beritanya itu terdengar atau disadap.Tadabur artinya menjerumuskan atau menjatuhkan atau membuat makar. Demikianlah menurut apa yang diriwayatkan oleh Ibnu Abu Hatim.
Firman Allah Swt.:
{وَلا يَغْتَبْ بَعْضُكُمْ بَعْضًا}
dan janganlah sebagian kamu menggunjing sebagian yang lain. (Al-Hujurat: 12)
Ini larangan mempergunjingkan orang lain. Hal ini ditafsirkan oleh Nabi Saw. melalui sabdanya yang mengatakan bahwa gibah ialah:
"ذِكْرُكَ أَخَاكَ بِمَا يَكْرَهُ". قِيلَ: أَفَرَأَيْتَ إِنْ كَانَ فِي أَخِي مَا أَقُولُ؟ قَالَ: "إِنْ كَانَ فِيهِ مَا تَقُولُ فَقَدِ اغْتَبْتَهُ، وَإِنْ لَمْ يَكُنْ فِيهِ مَا تَقُولُ فَقَدْ بَهَتَّهُ".
Kamu gunjingkan saudaramu dengan hal-hal yang tidak disukainya. Lalu ditanyakan, "Bagaimanakah jika apa yang dipergunjingkan itu ada padanya?" Rasulullah Saw. menjawab: Jika apa yang kamu pergunjingkan itu ada padanya, berarti kamu telah mengumpatnya; dan jika apa yang kamu pergunjingkan itu tidak ada padanya, berarti kamu telah menghasutnya.
Imam Turmuzi meriwayatkannya dari Qutaibah, dari Ad-Darawardi dengan sanad yang sama, dan Imam Turmuzi mengatakan bahwa hadis ini sahih. (tafsir Ibnu katsir).
Di era modernisasi saat ini memudahkan kita untuk berkomunikasi sehingga kapan saja dan dimana saja kita dapat berkomunikasi dengan orang yang kita kenal maupun tidak kita kenal , namun yang menjadi persoalan janganlah dengan ke mudahan ini memudahkan kita juga untuk menggunjing atau menjelek jelekkan saudara kita sehingga kita termasuk orang yang bangkrut sebagaimana sabda Rasulullah
أَتَدْرُونَ مَا الْمُفْلِسُ قَالُوْاالْمُفْلِسُ فِيْنَا يَا رَسُو لَ اللَّهِ مَنْ لاَ دِرْهَمَ لَهُ وَلاَ مَتَاعَ قَالَ رَسُو لَ اللَّهِ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْمُفْلِسُ مِنْ أُمَّيِي مَنْ يَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِصَلاَتِهِ وًِصِيَامِهِ وِزَكَاتِهِ وَيَأتِي قَدْ شَتَمَ هَذَا وَقَذَفَ هَذَا وَاَكَلاَ مَالَ هَذَا وَسَفَكَ دَمَ هَذَا وَضَرَبَ هَذَا فَيُعْطَى هَذَا مِنْ حَيَنَاتِهِ وَهَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ فَإِنْ فَنِيَتْ حَسَنَاتُهُ قَبْلَ أَنْ يُقْضَى مَا عَلَيْهِ أُحِذَ مِنْ خَطَايَاهُم فَطُرِحَتْ عَلَيْهِ ثُمَّ طُرحَ فِي النَّارِ
“Tahukah kalian siapa orang yang bangkrut ? Para sahabat pun menjawab, ‘Orang yang bangkrut adalah orang yang tidak memiliki uang dirham maupun harta benda. ‘Beliau menimpali, ‘Sesungguhnya orang yang bangkrut di kalangan umatku adalah orang yang datang pada hari kiamat dengan membawa pahala shalat, puasa dan zakat, akan tetapi, ia juga datang membawa dosa berupa perbuatan mencela, menuduh, memakan harta, menumpahkan darah dan memukul orang lain. Kelak kebaikan-kebaikannya akan diberikan kepada orang yang terzalimi. Apabila amalan kebaikannya sudah habis diberikan sementara belum selesai pembalasan tindak kezalimannya, maka diambillah dosa-dosa yang terzalimi itu, lalu diberikan kepadanya. Kemudian dia pun dicampakkan ke dalam neraka”.(HR. Muslim dalam kitab Shahihnya no. 2581)
Dalam riwayat yang lain Diriwayatkan oleh Al-Bukhari dalam kitab Shahihnya hadits no. 6474 dari Sahl bin Sa’id bahwa Rasulullah bersabda.
مَنْ يَضْمَنَّ لِي مَابَيْنَ لِحْيَيْهِ وَمَا بَيْنَ رِجْلَيْهِ أَضْمَنْ لَهُ الْجَنَّةَ
“Barangsiapa bisa memberikan jaminan kepadaku (untuk menjaga) apa yang ada di antara dua janggutnya dan dua kakinya, maka kuberikan kepadanya jaminan masuk surga”
Yang dimaksud dengan apa yang ada di antara dua janggutnya adalah mulut, sedangkan apa yang ada di antara kedua kakinya adalah kemaluan.
Saudara-saudara seiman marilah kita menjaga lisan ini dari perkara yang dilarang oleh Allah agar kita terhindar dari azab api neraka. Ya Allah jagalah diriku dan Keluarga ku dari siksa api neraka.... Aamiin.
Dan adapun ketika kita menceritakan kebaikan kita dan suami kita jika tujuannya untuk memotivasi saudara kita maka itu tujuan yang baik, namun jika berlebihan bisa menjadi riya'. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
أَلاَ أُخْبِرُكُمْ بِمَا هُوَ أَخْوَفُ عَلَيْكُمْ عِنْدِيْ مِنَ الْمَسِيْحِ الدَّجَّالِ قَالَ قُلْنَا بَلَى فَقَالَ الشِّرْكُ الْخَفِيُّ أَنْ يَقُوْمَ الرَّجُلُ يُصَلِّيْ فَيُزَيِّنُ صَلاَتَهُ لِمَا يَرَى مِنْ نَظَرِ رَجُلٍ
“Maukah aku kabarkan kepada kalian sesuatu yang lebih tersembunyi di sisiku atas kalian daripada Masih ad Dajjal?” Dia berkata,”Kami mau,” maka Rasulullah berkata, yaitu syirkul khafi; yaitu seseorang shalat, lalu menghiasi (memperindah) shalatnya, karena ada orang yang memperhatikan shalatnya”. [HR Ibnu Majah, no. 4204, dari hadits Abu Sa’id al Khudri. Hadits ini hasan-Shahih at Targhib wat Tarhib, no. 30].
wallahu a’lam
By tarmizi
dikutip dari tulisan Syaikh Abdul Muhsin Bin Hamd Al-‘Abbad Al-Badr dan ustadz abdillah.
Minggu, 31 Juli 2016
dahsyatnya dosa fitnah
FITNAH dan KEMOCENG
“Kyai, maafkanlah saya yang telah memfitnah pak kyai dan ajarkan saya sesuatu yang bisa menghapuskan kesalahan saya ini.”
Aku berusaha menjaga lisanku, tak ingin sedikitpun menyebarkan kebohongan dan menyinggung perasaan kyai.
Kyai Husain terkekeh. “Apa kau serius?” Katanya.
Aku menganggukkan kepalaku dengan penuh keyakinan. “Saya serius, Kyai. Saya benar-benar ingin menebus kesalahan saya.”
Kyai Husain terdiam beberapa saat. Ia tampak berfikir. Aku sudah membayangkan sebuah doa yang akan diajarkan Kyai Husain kepadaku, yang jika aku membacanya beberapa kali maka Allah akan mengampuni dosa-dosaku. Aku juga membayangkan sebuah laku, atau tirakat, atau apa saja yang bisa menebus kesalahan dan menghapuskan dosa-dosaku. Beberapa jenak kemudian, Kyai Husain mengucapkan sesuatu yang benar-benar di luar perkiraanku. Di luar perkiraanku—
“Apakah kau punya sebuah kemoceng di rumahmu?”
Aku benar-benar heran Kyai Husain justru menanyakan sesuatu yang tidak relevan untuk permintaanku tadi.
“Maaf, Kyai?” Aku berusaha memperjelas maksud kyai Husain.
Kyai Husain tertawa, seperti kyai Husain yang biasanya. Diujung tawanya, ia sedikit terbatuk.
Sambil mengangguk-anggukkan kepalanya, ia menghampiriku,
“Ya, temukanlah sebuah kemoceng di rumahmu,” katanya.
Tampaknya Kyai Husain benar-benar serius dengan permintaannya.
“Ya, saya punya sebuah kemoceng di rumah, Kiai. Apa yang harus saya lakukan dengan kemoceng itu?”
Kyai Husain tersenyum.
“Besok pagi, berjalanlah dari rumahmu ke pondokku,” katanya,
“Berjalanlah sambil mencabuti bulu-bulu dari kemoceng itu. Setiap kali kau mencabut sehelai bulu, ingat-ingat perkataan burukmu tentang aku, lalu jatuhkan di jalanan yang kau lalui.”
Aku hanya bisa mengangguk. Aku tak akan membantahnya. Barangkali maksud kyai Husain adalah agar aku merenungkan kesalahan-kesalahanku. Dan dengan menjatuhkan bulu-bulunya satu per satu, maka kesalahan-kesalahan itu akan gugur diterbangkan waktu…
“Kau akan belajar sesuatu darinya,” kata kyai Husain. Ada senyum yang sedikit terkembang di wajahku.
Keesokan harinya, aku menemui Kyai Husain dengan sebuah kemoceng yang sudah tak memiliki sehelai bulupun pada gagangnya. Aku segera menyerahkan gagang kemoceng itu pada beliau.
“Ini, Kyai, bulu-bulu kemoceng ini sudah saya jatuhkan satu per satu sepanjang perjalanan. Saya berjalan lebih dari 5 km dari rumah saya ke pondok ini. Saya mengingat semua perkataan buruk saya tentang Kiai.
Saya menghitung betapa luasnya fitnah-fitnah saya tentang Kiai yang sudah saya sebarkan kepada begitu banyak orang. Maafkan saya, kyai. Maafkan saya…”
Kyai Husain mengangguk-angguk sambil tersenyum. Ada kehangatan yang aku rasakan dari raut mukanya. “Seperti aku katakana kemarin, aku sudah memaafkanmu. Barangkali kau hanya khilaf dan hanya mengetahui sedikit tentangku. Tetapi kau harus belajar seusatu…,” katanya.
Aku hanya terdiam mendengar perkataan Kyai Husain yang lembut, menyejukkan hatiku.
“Kini pulanglah…” kata Kyai Husain.
Aku baru saja akan segera beranjak untuk pamit dan mencium tangannya, tetapi Kiai Husain melanjutkan kalimatnya, “Pulanglah dengan kembali berjalan kaki dan menempuh jalan yang sama dengan saat kau menuju pondokku tadi…”
Aku terkejut mendengarkan permintaan kyai Husain kali ini, apalagi mendengarkan “syarat” berikutnya: “Di sepanjang jalan kepulanganmu, pungutlah kembali bulu-bulu kemoceng yang tadi kaucabuti satu per satu. Esok hari, laporkan kepadaku berapa banyak bulu yang bisa kau kumpulkan.”
Aku terdiam. Aku tak mungkin menolak permintaan Kyai Husain.
“Kau akan mempelajari sesuatu dari semua ini,” tutup Kyai Husain.
Sepanjang perjalanan pulang, aku berusaha menemukan bulu-bulu kemoceng yang tadi kulepaskan di sepanjang jalan. Hari yang terik. Perjalanan yang melelahkan. Betapa sulit menemukan bulu-bulu itu. Mereka tentu saja telah tertiup angin, atau menempel di sebuah kendaraan yang sedang menuju kota yang jauh, atau tersapu ke mana saja ke tempat yang kini tak mungkin aku ketahui.
Tapi aku harus menemukan mereka! Aku harus terus mencari ke setiap sudut jalanan, ke gang-gang sempit, ke mana saja!
Aku terus berjalan.
Setelah berjam-jam, aku berdiri di depan rumahku dengan pakaian yang dibasahi keringat. Nafasku berat. Tenggorokanku kering. Di tanganku, kugenggam lima helai bulu kemoceng yang berhasil kutemukan di sepanjang perjalanan.
Hari sudah menjelang petang. Dari ratusan yang kucabuti dan kujatuhkan dalam perjalanan pergi, hanya lima helai yang berhasil kutemukan dan kupungut lagi di perjalanan pulang. Ya, hanya lima helai. Lima helai.
Hari berikutnya aku menemui Kyai Husain dengan wajah yang murung. Aku menyerahkan lima helai bulu kemoceng itu pada Kyai Husain. “Ini, Kyai, hanya ini yang berhasil saya temukan.” Aku membuka genggaman tanganku dan menyodorkannya pada Kyai Husain.
Kyai Husain terkekeh. “Kini kau telah belajar sesuatu,”katanya.
Aku mengernyitkan dahiku. “Apa yang telah aku pelajari, Kyai?” Aku benar-benar tak mengerti.
“Tentang fitnah-fitnah itu,” jawab kyai Husain.
Tiba-tiba aku tersentak. Dadaku berdebar. Kepalaku mulai berkeringat.
“Bulu-bulu yang kaucabuti dan kaujatuhkan sepanjang perjalanan adalah fitnah-fitnah yang kausebarkan. Meskipun kau benar-benar menyesali perbuatanmu dan berusaha memperbaikinya, fitnah-fitnah itu telah menjadi bulu-bulu yang beterbangan entah kemana. Bulu-bulu itu adalah kata-katamu. Mereka dibawa angin waktu ke mana saja, ke berbagai tempat yang tak mungkin bisa kau duga-duga, ke berbagai wilayah yang tak mungkin bisa kauhitung!”
Tiba-tiba aku menggigil mendengarkan kata-kata Kiai Husain. Seolah-olah ada tabrakan pesawat yang paling dahsyat di dalam kepalaku. Seolah-olah ada hujan mata pisau yang menghujam jantungku. Aku ingin menangis sekeras-kerasnya. Aku ingin mencabut lidahku sendiri.
“Bayangkan salah satu dari fitnah-fitnah itu suatu saat kembali pada dirimu sendiri… Barangkali kau akan berusaha meluruskannya, karena kau benar-benar merasa bersalah telah menyakiti orang lain dengan kata-katamu itu. Barangkali kau tak tak ingin mendengarnya lagi. Tetapi kau tak bisa menghentikan semua itu! Kata-katamu yang telah terlanjur tersebar dan terus disebarkan di luar kendalimu, tak bisa kau bungkus lagi dalam sebuah kotak besi untuk kau kubur dalam-dalam sehingga tak ada orang lain lagi yang mendengarnya. Angin waktu telah mengabadikannya.”
“Fitnah-fitnah itu telah menjadi dosa yang terus beranak-pinak tak ada ujungnya. Agama menyebutnya sebagai dosa jariyah. Dosa yang terus berjalan diluar kendali pelaku pertamanya. Maka tentang fitnah-fitnah itu, meskipun aku atau siapapun saja yang kau fitnah telah memaafkanmu sepenuh hati, fitnah-fitnah itu terus mengalir hingga kau tak bisa membayangkan ujung dari semuanya. Bahkan meskipun kau telah meninggal dunia, fitnah-fitnah itu terus hidup karena angin waktu telah membuatnya abadi. Maka kau tak bisa menghitung lagi berapa banyak fitnah-fitnah itu telah memberatkan timbangan keburukanmu kelak.”
Tangisku benar-benar pecah. Aku tersungkur di lantai.
“Astagfirulloh hal-adzhim… Astagfirullohal-adzhim…
Astagfirulloh hal-adzhim…”
Aku hanya bisa terus mengulangi istighfar. Dadaku gemuruh. Air mata menderas dari kedua ujung mataku.
“Ajari saya apa saja untuk membunuh fitnah-fitnah itu, Kyai. Ajari saya! Ajari saya! Astagfirulloohal-adzhim…” Aku terus menangis menyesali apa yang telah aku perbuat.
Kyai Husain tertunduk. Beliau tampak meneteskan air matanya.“ Aku telah memaafkanmu setulus hatiku, Nak,” katanya, “Kini, aku hanya bisa mendoakanmu agar Allah mengampunimu, mengampuni kita semua. Kita harus percaya bahwa Allah, dengan kasih sayangnya, adalah zat yang maha terus menerus menerima taubat manusia… Innallooha tawwaabur-rahiim...”
Aku disambar halilintar jutaan megawatt yang mengguncangkan batinku! Aku ingin mengucapkan sejuta atau semiliar istighar untuk semua yang sudah kulakukan! Aku ingin membacakan doa-doa apa saja untuk menghentikan fitnah-fitnah itu!
“Kini kau telah belajar sesuatu,” kata Kyai Husain, setengah berbisik. Pipinya masih basah oleh air mata.
Demikianlah sahabat & saudaraku. Itulah kenapa, fitnah itu "KEJAM".
Lebih kejam dari pada pembunuhan.
Semoga aku terhindar dari fitnah dan menfitnah .. Aamiin ..
Minggu, 01 Mei 2016
Kisah inspirasi pecinta Rasulullah
Kisah inspirasi bagi pecinta Rasulullah.
Kisah ini terjadi pada diri Rasulullah SAW sebelum meninggal.
Rasulullah SAW telah jatuh sakit agak lama, sehingga kondisi. beliau sangat lemah.
Pada suatu hari Rasulullah SAW meminta Bilal memanggil semua sahabat datang ke Masjid. Tidak lama kemudian, penuhlah Masjid dengan para sahabat. Semuanya merasa rindu setelah agak lama tidak mendapat taushiyah dari Rasulullah SAW.
Beliau duduk dengan lemah di atas mimbar. Wajahnya terlihat pucat, menahan sakit yang tengah dideritanya.
Kemudian Rasulullah SAW bersabda: "Wahai sahabat2 ku semua. Aku ingin bertanya, apakah telah aku sampaikan semua kepadamu, bahwa sesungguhnya Allah SWT itu adalah satu2nya Tuhan yang layak di sembah?"
Semua sahabat menjawab dengan suara bersemangat, " Benar wahai Rasulullah, Engkau telah sampaikan kepada kami bahwa sesungguhnya Allah SWT adalah satu2nya Tuhan yang layak disembah."
Kemudian Rasulullah SAW bersabda:
"Persaksikanlah ya Allah. Sesungguhnya aku telah menyampaikan amanah ini kepada mereka."
Kemudian Rasulullah bersabda lagi, dan setiap apa yang Rasulullah sabdakan selalu dibenarkan oleh para sahabat.
Akhirnya sampailah kepada satu pertanyaan yang menjadikan para sahabat sedih dan terharu.
Rasulullah SAW bersabda:
"Sesungguhnya, aku akan pergi menemui Allah. Dan sebelum aku pergi, aku ingin menyelesaikan segala urusan dengan manusia. Maka aku ingin bertanya kepada kalian semua. Adakah aku berhutang kepada kalian? Aku ingin menyelesaikan hutang tersebut. Karena aku tidak mau bertemu dengan Allah dalam keadaan berhutang dengan manusia."
Ketika itu semua sahabat diam, dan dalam hati masing2 berkata "Mana ada Rasullullah SAW berhutang dengan kita? Kamilah yang banyak berhutang kepada Rasulullah".
Rasulullah SAW mengulangi pertanyaan itu sebanyak 3 kali.
Tiba2 bangun seorang lelaki yang bernama UKASYAH, seorang sahabat mantan preman sebelum masuk Islam, dia berkata:
"Ya Rasulullah! Aku ingin sampaikan masalah ini. Seandainya ini dianggap hutang, maka aku minta engkau selesaikan. Seandainya bukan hutang, maka tidak perlulah engkau berbuat apa-apa".
Rasulullah SAW berkata: "Sampaikanlah wahai Ukasyah".
Maka Ukasyah pun mulai bercerita:
"Aku masih ingat ketika perang Uhud dulu, satu ketika engkau menunggang kuda, lalu engkau pukulkan cambuk ke belakang kuda. Tetapi cambuk tersebut tidak kena pada belakang kuda, tapi justru terkena pada dadaku, karena ketika itu aku berdiri di belakang kuda yang engkau tunggangi wahai Rasulullah".
Mendengar itu, Rasulullah SAW berkata: "Sesungguhnya itu adalah hutang wahai Ukasyah. Kalau dulu aku pukul engkau, maka hari ini aku akan terima hal yang sama."
Dengan suara yang agak tinggi, Ukasyah berkata: "Kalau begitu aku ingin segera melakukannya wahai Rasulullah."
Ukasyah seakan-akan tidak merasa bersalah mengatakan demikian.
Sedangkan ketika itu sebagian sahabat berteriak marah pada Ukasyah. "Sungguh engkau tidak berperasaan Ukasyah, bukankah Baginda sedang sakit..!?"
Ukasyah tidak menghiraukan semua itu. Rasulullah SAW meminta Bilal mengambil cambuk di rumah anaknya Fatimah.
Bilal meminta cambuk itu dari Fatimah, kemudian Fatimah bertanya: "Untuk apa Rasulullah meminta cambuk ini wahai Bilal?"
Bilal menjawab dengan nada sedih: "Cambuk ini akan digunakan Ukasyah untuk memukul Rasulullah"
Terperanjat dan menangis Fatimah seraya berkata:
"Kenapa Ukasyah hendak pukul ayahku Rasulullah? Ayahku sedang sakit, kalau mau mukul, pukullah aku anaknya".
Bilal menjawab: "Sesungguhnya ini adalah urusan antara mereka berdua".
Bilal membawa cambuk tersebut ke Masjid lalu diberikan kepada Ukasyah.
Setelah mengambil cambuk, Ukasyah menuju ke hadapan Rasulullah.
Tiba2 Abu bakar berdiri menghalangi Ukasyah sambil
berkata: "Ukasyah..! kalau kamu hendak memukul, pukullah aku. Aku orang yang pertama beriman dengan apa yang Rasulullah SAW sampaikan. Akulah sahabatnya di kala suka dan duka. Kalau engkau hendak memukul, maka pukullah aku".
Rasulullah SAW: "Duduklah wahai Abu Bakar. Ini urusan antara aku dengan Ukasyah".
Ukasyah menuju kehadapan Rasulullah. Kemudian Umar berdiri menghalangi Ukasyah sambil berkata:
"Ukasyah..! kalau engkau mau mukul, pukullah aku. Dulu memang aku tidak suka mendengar nama Muhammad, bahkan aku pernah berniat untuk menyakitinya, itu dulu. Sekarang tidak boleh ada seorangpun yang boleh menyakiti Rasulullah Muhammad. Kalau engkau berani menyakiti Rasulullah, maka langkahi dulu mayatku..!."
Lalu dijawab oleh Rasulullah SAW:
"Duduklah wahai Umar. Ini urusan antara aku dengan Ukasyah".
Ukasyah menuju ke hadapan Rasulullah, tiba2 berdiri Ali bin Abu Talib sepupu sekaligus menantu Rasulullah SAW.
Dia menghalangi Ukasyah sambil berkata: "Ukasyah, pukullah aku saja. Darah yang sama mengalir pada tubuhku ini wahai Ukasyah".
Lalu dijawab oleh Rasulullah SAW:
"Duduklah wahai Ali, ini urusan antara aku dengan Ukasyah" .
Ukasyah semakin dekat dengan Rasulullah. Tiba2 tanpa disangka, bangkitlah kedua cucu kesayangan Rasulullah SAW yaitu Hasan dan Husen.
Mereka berdua memegangi tangan Ukasyah sambil memohon. "Wahai Paman, pukullah kami Paman. Kakek kami sedang sakit, pukullah kami saja wahai Paman. Sesungguhnya kami ini cucu kesayangan Rasulullah, dengan memukul kami sesungguhnya itu sama dengan menyakiti kakek kami, wahai Paman."
Lalu Rasulullah SAW berkata: "Wahai cucu2 kesayanganku duduklah kalian. Ini urusan Kakek dengan Paman Ukasyah".
Begitu sampai di tangga mimbar, dengan lantang Ukasyah berkata:
"Bagaimana aku mau memukul engkau ya Rasulullah. Engkau duduk di atas dan aku di bawah. Kalau engkau mau aku pukul, maka turunlah ke bawah sini."
Rasulullah SAW memang manusia terbaik. Kekasih Allah itu meminta beberapa sahabat memapahnya ke bawah. Rasulullah didudukkan pada sebuah kursi, lalu dengan suara tegas Ukasyah berkata lagi:
"Dulu waktu engkau memukul aku, aku tidak memakai baju, Ya Rasulullah"
Para sahabat sangat geram mendengar perkataan Ukasyah.
Tanpa berlama2 dalam keadaan lemah, Rasulullah membuka bajunya. Kemudian terlihatlah tubuh Rasulullah yang sangat indah, sedang beberapa batu terikat di perut Rasulullah pertanda Rasulullah sedang menahan lapar.
Kemudian Rasulullah SAW berkata:
"Wahai Ukasyah, segeralah dan janganlah kamu berlebih2an. Nanti Allah akan murka padamu."
Ukasyah langsung menghambur menuju Rasulullah SAW, cambuk di tangannya ia buang jauh2, kemudian ia peluk tubuh Rasulullah SAW seerat-eratnya. Sambil menangis sejadi2nya,
Ukasyah berkata:
"Ya Rasulullah, ampuni aku, maafkan aku, mana ada manusia yang sanggup menyakiti engkau ya Rasulullah. Sengaja aku melakukannya agar aku dapat merapatkan tubuhku dengan tubuhmu.
Seumur hidupku aku bercita2 dapat memelukmu. Karena sesungguhnya aku tahu bahwa tubuhmu tidak akan dimakan oleh api neraka.
Dan sungguh aku takut dengan api neraka. Maafkan aku ya Rasulullah..."
Rasulullah SAW dengan senyum berkata:
"Wahai sahabat2ku semua, kalau kalian ingin melihat ahli Surga, maka lihatlah Ukasyah..!"
Semua sahabat meneteskan air mata. Kemudian para sahabat
bergantian memeluk Rasulullah SAW.
Meski sudah sering membaca dan mendengar kisah ini berulang-ulang, tetap saja kita menangis.
Semoga tetesan air mata ini membuktikan kecintaan kita kepada kekasih Allah..
اللهم صل على سيدنا محمد وعلى ال محمد..
Selasa, 22 Maret 2016
Allah SWT Maha pemberi rezqi
بسم الله الرحمن الرحيم
#Aqidah Islam : Allah SWT Maha Pemberi Rezqi#
Pelajaran Ayat Al-Qur'an Hari Ini :
Allah Subhana Wa Ta'ala Berfirman,
{۞ وَمَا مِن دَابَّةٍ فِي الْأَرْضِ إِلَّا عَلَى اللَّهِ رِزْقُهَا وَيَعْلَمُ مُسْتَقَرَّهَا وَمُسْتَوْدَعَهَا ۚ كُلٌّ فِي كِتَابٍ مُّبِينٍ} [هود : 6]
Artinya : Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezekinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam Kitab yang nyata (Lauh mahfuzh).(QS.Hud:6).
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
Saudaraku seiman, Segala puji hanyalah milik Allah Subhana wa ta'ala. Shalawat & salam senantiasa tercurahkan kpd Rasulullah Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam, kpd para keluarganya, sahabat2 nya & ummatnya yg istiqomah diatas sunnahnya hingga hari kiamat. Tausiyah group WA & BBM pagi ini akan membahas tentang aqidah Islam yaitu Allah SWT maha pemberi rezqi.
Diantara konsekwensi beriman kpd Allah SWT adl beriman kpd nama2 Allah SWT yg baik (Asma'u Al-husna) & sifat2-Nya. Salah satu nama2 Allah SWT adl : Ar-razzaq (الرَّزَّاقُ) yg artinya maha pemberi rezqi. Makna Ar-razzaq adl dzat yg banyak memberi rezeki kpd hamba2-Nya, yg bantuan & keutamaan-Nya bagi mereka tdk terputus walau sekejap mata.
Meskipun demikian tdk sedikit diantara orang2 yg beriman yg rusak aqidahnya krn disebabkan mengingkari sifat Allah SWT sbg maha pemberi rezqi. Makna rezqi dlm genggaman & kekuasaan Allah SWT tlh mengalami distorsi yg pd akhirnya melemahkan keimanannya kpd Allah SWT. Hal ini dpt diperhatikan dari fenomena berkembangnya pemikiran2 khurafat & tahayyul sbb :
1. Rezqi itu tertakluk kpd usaha manusia shg manusialah yg menentukan rezqi. Semakin giat bekerja maka semakin besar rezqi yg akan ia peroleh.
Fakta membuktikan ada seseorang yg bekerja keras banting tulang pergi sebelum matahari terbit & pulang setelah matahari tenggelam akan tp rezqi yg ia peroleh hanya utk bertahan hidup sehari & 2 hari saja. Sebaliknya ada seseorang yg berusaha hanya beberapa jam saja akan tp menghasilkan rezqi yg berlimpah.
2. Rezqi tertakluk kpd jabatan kedudukannya. Semakin tinggi jabatan seseorang maka semakin banyak rezqinya. Sebaliknya semakin rendah jabatan & kedudukan seseorang maka semakin sedikit rezqinya.
Fakta jg membuktikan bhw jabatan bukan penentu besaran rezqi seseorang sebab banyak orang yg bekerja dgn posisi jabatan rendah akan tp memiliki banyak usaha bisnis shg rezqinya melimpah. Sementara sang pejabat hanya mengandalkan gaji & tunjangannya. Tiba datang masa pensiun ia tdk memiliki banyak sumber pendapatan.
3. Rezqi tertakluk kpd akal manusia shg timbul anggapan orang yg pintar & genius akalnya maka rezqi akan lbh banyak dari pd orang yg rendah IQ nya. Andai saja rezqi tertakluk kpd kejeniusan maka binasalah binatang2 yg tdk memiliki akal.
Fakta membuktikan bhw banyak pengusaha yg sukses tanpa memiliki strata pendidikan tinggi sebab gelar pendidikan bukan penentu rezqi. Hanya saja ilmu pengetahuan adl bekal kehidupan & sbg sarana utk mendapatkan rezqi.
4. Rezqi adl materi yg dpt dihitung secara matematika shg apabila berkurang hitungannya atau bertambah pembagiannya maka berkuranglah rezqinya.
Fakta membuktikan bhw hitungan matematis nilai uang tdk berbanding lurus dgn realita kehidupan. Ada seseorang penghasilannya sebatas UMR akan tp tetap memadai utk menafkahi anak2 nya yg lbh dari 4 orang hingga ia mampu menyekolahkan anak2 nya hingga level pendidikan tinggi.
Dampak negatif dari pemikiran tahayyul sprti diatas akan menjadikan umat Islam sbg umat yg materialistik : perasaan takut utk menikah, takut utk punya anak lbh dari 2 orang, bakhil utk berinfaq & bersedekah serta takut utk membela kebenaran & menghilangkan kedzaliman krn takut jabatannya hilang.
Mengenai hakekat rezqi hrs difahami berdasarkan makna lafadz & makna sesuai dgn hukum syara' agar tdk menyimpang dari pemahaman yg dikehendaki oleh Allah SWT & Rasulullah SAW. Lafadz Ar-rizqu dlm bahasa Arab berasal dari kalimat :
رزق -يرزق - رزقا
Razaqa-yarzuqu-rizqan yg bermakna :
اعط -يعطى -اعطع
A'tha - yu'thi - i'tho'an yg artinya adl pemberian. Jd menurut bahasa Ar-rizqu adl pemberian.(Ref : Kitab Al-mu'jam Al-wajiz hal 262).
Sedangkan menurut istilah rezqi adl : segala sesuatu yg dpt dikuasai atau diperoleh oleh makhluk baik yg dpt dimanfaatkan maupun yg tdk dpt dimanfaatkan.(Ref : Syaikh Taqiyuddin An-nabhani, Kitab Syakhsiyyah Islamiyyah jilid I hal 110).
Ta'rif segala sesuatu yg dpt dikuasai atau diperoleh meliputi semua bentuk rezqi apakah rezqi yg halal, haram, positif, negatif, sehat, sakit, kemudahan, kesulitan dsb. Ta'rif ini dpt diartikan bhw rezqi berbeda dgn hak milik sebab hak milik selalu memperhatikan tata cara utk mendapatkannya apakah dgn cara yg syar'i atau ghairu syar'i. Kalau syar'i berarti halal & apabila ghairu syar'i berarti haram. Ta'rif tsb jg meliputi rezqi yg diperoleh secara mutlak apakah diperoleh tanpa usaha sprti : hadiah, warisan, diyat/denda. Atau diperoleh dgn cara yg halal sprti bekerja, berdagang dll.(KH.Hafiz Abdurrahman, Islam politik & spritual, cetakan I hal 161).
Al-imam Ibnu Katsir rahimahullahu menafsirkan surat Hud ayat 6 diatas,
Allah memberitahukan bhw Allah yg menjamin rizki semua makhluk, yakni segala macam binatang yg ada di muka bumi, baik yg kecil maupun yg besar, binatang laut maupun binatang darat. Dan Allah mengetahui tempat tinggal, tempat menyimpan makanan mereka & tempat beristirahat & di mana tinggalnya.
Ali bin Abi Thalhah & jg ulama lainnya berkata dari Ibnu Abbas r.a mengenai firman-Nya: wa ya’lamu mustaqarraHaa (Dan Allah mengetahui tempat berdiam binatang itu.) Ia berkata: Yakni, di mana ia tinggal. Wa mustauda’aHaa (Dan tempat penyimpanannya,) yakni, di mana ia mati.(Kitab Tafsir Ibnu Katsir Juz 11, hal 948).
Dgn demikian rezqi berada pd kekuasaan & genggaman Allah SWT adl keimanan & keyakinan yg bersifat pasti yg wajib diimani oleh orang2 yg beriman. Rezqi semuanya tertakluk kpd iradah & masyi'ah Allah SWT bukan tertakluk kpd usaha, ilmu & jabatan manusia. Allah SWT berfirman,
إِنَّ رَبَّكَ يَبْسُطُ الرِّزْقَ لِمَنْ يَشَاءُ وَيَقْدِرُ إِنَّهُ كَانَ بِعِبَادِهِ خَبِيرًا بَصِيرًا
Artinya : “Sesungguhnya Tuhanmu melapangkan rezki kpd siapa yg Dia kehendaki & menyempitkannya; Sesungguhnya Dia Maha mengetahui lagi Maha melihat akan hamba2-Nya.” (QS.Al-Isra’: 30).
Sedangkan masalah usaha agar rezqi ditangan Allah SWT tsb sampai kpd manusia adl terkait dgn masalah hukum syara' yaitu masalah perbuatan bagaimana tata cara utk memperolehnya, apakah dgn cara yg halal ataukah dgn cara yg haram. Hal ini adl 2 perkara yg berbeda. Mengimani sumber rezqi dari Allah SWT adl wilayah amalan qalbu, sedangkan bekerja & berusaha adl amalan fisik yg WAJIB terikat dgn hukum syara'.
Pertanggung jawaban harta meliputi 2 pertanyaan mendasar yaitu, Dari mana harta itu diperoleh? Dan harta itu dibelanjakan utk apa?
Rasulullah SAW bersabda,
«لاَ تَزُولُ قَدَمَا عَبْدٍ يَوْمَ الْقِيَامَةِ حَتَّى يُسْأَلَ عَنْ عُمْرِهِ فِيمَا أَفْنَاهُ وَعَنْ عِلْمِهِ فِيمَا فَعَلَ وَعَنْ مَالِهِ مِنْ أَيْنَ اكْتَسَبَهُ وَفِيمَا أَنْفَقَهُ وَعَنْ جِسْمِهِ فِيمَا أَبْلاَهُ»
Artinya : “Tidak akan bergeser 2 telapak kaki seorang hamba pd hari kiamat sampai dia ditanya (dimintai pertanggungjawaban) tentang umurnya kemana dihabiskannya, tentang ilmunya bagaimana dia mengamalkannya, tentang hartanya, dari mana diperolehnya & ke mana dibelanjakannya, serta tentang tubuhnya utk apa digunakannya.(HR.Tirmidzi No.2.417).
Oleh krn itulah mencari rezqi dgn bekerja & berusaha yg halal adl wajib bagi setiap muslim.
Selamat berusaha & bekerja utk mencari nafkah dgn cara yg halal lagi baik, semoga barokah baik didunia maupun diakhirat.
Wallahu a'lam
By : Tommy Abdillah
Raih amal soleh dengan share tulisan da'wah ini. Barakallahu fiikum
Senin, 21 Maret 2016
riswah dalam pandangan islam
بسم الله الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
Saudaraku seiman, Segala puji hanyalah milik Allah Subhana wa ta’ala. Shalawat & salam senantiasa tercurahkan kpd Rasulullah Muhammad Shallallahu 'alaihi wa salam, para keluarganya, sahabat2 nya& ummatnya yg istiqomah diatas sunnahnya hingga hari kiamat.
para pembaca yang budiman kali ini kita membahas tentang riswah, semoga saya dan pembaca beserta keluarga terhindar dari perbuatan tersebut amin
Definisi risywa
Risywah menurut bahasa berarti: “pemberian yang diberikan seseorang kepada hakim atau lainnya untuk memenangkan perkaranya dengan cara yang tidak dibenarkan atau untuk mendapatkan sesuatu yang sesuai dengan kehendaknya.” (al-Misbah al-Munir/al Fayumi, al-Muhalla/Ibnu Hazm). Atau “pemberian yang diberikan kepada seseorang agar mendapatkan kepentingan tertentu” (lisanul Arab, dan mu’jam wasith).
Sedangkan menurut istilah risywah berarti: “pemberian yang bertujuan membatalkan yang benar atau untuk menguatkan dan memenangkan yang salah.” (At-Ta’rifat/aljurjani 148).
2. Unsur-unsur risywah
berdasarkan definisi di atas, bisa disimpulkan bahwa suatu tindakan dinamakan risywah jika memenuhi unsur-unsur berikut:
a. Adanya athiyyah (pemberian)
b. Ada niat Istimalah (menarik simpati orang lain)
c. Bertujuan:
Ibtholul haq (membatalkan yang haq)Ihqaqul bathil (merealisasikan kebathilan)al mahsubiyah bighoiri haq (mencari keberpihakan yang tidak dibenarkan)al hushul alal manafi’ (mendapatkan kepentingan yang bukan menjadi haknya)al hukmu lahu (memenangkan perkaranya)
3. Beberapa istilah yang serupa dengan risywah
Bila dilihat dari sisi esensi risywah yaitu pemberian (athiyyah), maka ada beberapa istilah dalam Islam yang memiliki keserupaan dengannya, di antaranya:
a. Hadiah yaitu pemberian yang diberikan kepada seseorang ala sabilil ikram (sebagai penghargaan).
Perbedaannya dengan risywah adalah: hadiah diberikan ala sabilil ikram, sedangkan risywah diberikan untuk mendapatkan yang diinginkannya.
b. Hibah yaitu pemberian yang diberikan kepada seseorang dengan tanpa mengharapkan imbalan dan tujuan tertentu. Perbedaannya dengan risywah adalah al wahib (pemberi) memberikan sesuatu tanpa tujuan dan kepentingan tertentu sedangkan ar-rasyi (penyuap) memberikan sesuatu karena ada tujuan dan kepentingan tertentu.
c. Shadaqah yaitu pemberian yang diberikan kepada seseorang karena mengharapkan ridha dan pahala dari Allah SWT seperti zakat ataupun infaq sunnah. Perbedaannya dengan risywah adalah orang yang bersedekah memberikan sesuatu karena mengharapkan pahala dan ridha dari Allah semata, sedangkan ar-rasyi dalam pemberiannya mengharapkan kepentingan duniawi.
Dan bila dilihat dari sisi kedua yaitu menerima atau mengambil sesuatu yang bukan haknya, maka tindakan lain yang serupa dengan risywah, adalah korupsi. Korupsi adalah penyelewengan dan penggelapan harta negara untuk kepentingan pribadi atau orang lain (Kamus Besar Bahasa Indonesia). Dalam istilah Islam, korupsi agak sulit dicari persamaannya. Dalam Islam, ada beberapa istilah yang terkait dengan mengambil harta tanpa hak, misalnya; ghasb, ikhtilas, sariqoh, hirobah, ghulul dll. Semuanya mengandung makna yang berbeda, tetapi semua istilah itu bermuara pada pengambilan harta dengan cara yang tidak benar. Dan biasanya Untuk memuluskan tindakan korupsi disertai dengan risywah. Oleh karena itu banyak orang yang mengidentikkan korupsi dengan risywah.
Bahkan dalam Undang-undang Tindak Pidana Korupsi pasal 5 ayat 1 terdapat kemiripan antara korupsi dan suap, dimana korupsi didefinisikan dengan:
« memberi atau menjanjikan sesuatu kepada pegawai negeri atau penyelenggara negara, dimana pegawai negeri atau penyelenggara negara tersebut supaya berbuat atau tidak berbuat sesuatu dalam jabatannya yang bertentangan dengan kewajibannya »
4. Hukum risywah
Dari definisi di atas ada dua sisi yang saling terkait dalam masalah risywah; Ar-Rasyi (penyuap) dan Al-Murtasyi (penerima suap), yang dua-duanya sama-sama diharamkan dalam Islam menurut kesepakatan para ulama, bahkan perbuatan tersebut dikategorikan dalam kelompok dosa besar. Sebagaimana yang telah diisyaratkan beberapa nash Al-Qur’an dan Sunnah Nabawiyah berikut ini:
a. Firman Allah ta’ala:
وَلا تَأْكُلُوا أَمْوَالَكُمْ بَيْنَكُمْ بِالْبَاطِلِ وَتُدْلُوا بِهَا إِلَى الْحُكَّامِ لِتَأْكُلُوا فَرِيقًا مِنْ أَمْوَالِ النَّاسِ بِالإثْمِ وَأَنْتُمْ تَعْلَمُونَ
”Dan janganlah sebahagian kamu memakan harta sebahagian yang lain di antara kamu dengan jalan yang batil dan (janganlah) kamu membawa (urusan) harta itu kepada hakim, supaya kamu dapat memakan sebahagian daripada harta benda orang lain itu dengan (jalan berbuat) dosa, padahal kamu mengetahui” (QS Al Baqarah 188)
b. Firman Allah ta’ala:
سَمَّاعُونَ لِلْكَذِبِ أَكَّالُونَ لِلسُّحْتِ
”Mereka itu adalah orang-orang yang suka mendengar berita bohong, banyak memakan yang haram” (QS Al Maidah 42).
Imam al-Hasan dan Said bin Jubair menginterpretasikan ‘akkaaluna lissuhti’ dengan risywah. Jadi risywah (suap) identik dengan memakan barang yang diharamkan oleh Allah SWT
c. Rasulullah SAW bersabda:
لَعَنَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الرَّاشِيَ وَالْمُرْتَشِيَ
“Rasulullah melaknat penyuap dan yang menerima suap” (HR Khamsah kecuali an-Nasa’i dan dishahihkan oleh at-Tirmidzi).
d. Nabi Muhammad SAW bersabda:
«كلّ لحم نبت بالسّحت فالنار أولى به» قالوا : يا رسول الله وما السحت؟ قال : «الرشوة في الحكم»
“Setiap daging yang tumbuh dari barang yang haram (as-suht) nerakalah yang paling layak untuknya.” Mereka bertanya: “Ya Rasulullah, apa barang haram (as-suht) yang dimaksud?”, “Suap dalam perkara hukum” (Al-Qurthubi 1/ 1708)
Ayat dan hadits di atas menjelaskan secara tegas tentang diharamkannya mencari suap, menyuap dan menerima suap. Begitu juga menjadi mediator antara penyuap dan yang disuap.
5. ‘Risywah’ yang diperbolehkan
Pada prinsipnya risywah itu hukumnya haram karena termasuk memakan harta dengan cara yang tidak dibenarkan. Hanya saja mayoritas ulama membolehkan ‘Risywah’ (penyuapan) yang dilakukan oleh seseorang untuk mendapatkan haknya dan atau untuk mencegah kezhaliman orang lain. Dan dosanya tetap ditanggung oleh orang yang menerima suap (al-murtasyi) (Kasyful Qina’ 6/316, Nihayatul Muhtaj 8/243, al-Qurtubi 6/183, Ibnu Abidin 4/304, al-Muhalla 8/118, Matalib Ulin Nuha 6/479).
6. Pembagian Risywah
Imam Hanafi membagi risywah dalam 4 bagian:
a. Memberikan sesuatu untuk mendapatkan pangkat dan jabatan hukumnya adalah haram, baik bagi penyuap maupun bagi penerima.
b. Memberikan sesuatu kepada hakim agar bisa memenangkan perkara, hukumnya haram bagi penyuap dan yang disuap, walaupun keputusan tersebut benar, karena hal itu sudah menjadi tugas dan kewajibannya.
c. Memberikan sesuatu agar mendapatkan perlakuan yang sama di hadapan penguasa dengan tujuan mencegah kemudharatan dan meraih kemaslahatan, hukumnya haram bagi yang disuap saja. Al-Hasan mengomentari sabda Nabi yang berbunyi, ”Rasulullah melaknat orang yang menyuap dan yang disuap”, dengan berkata, ”jika ditujukan untuk membenarkan yang salah dan menyalahkan yang benar. Adapun jika untuk melindungi hartamu, tidak apa-apa” Yunus juga meriwayatkan bahwa al-Hasan berkata:”tidak apa-apa seseorang memberikan hartanya selama untuk melindungi kehormatannya”. Abu Laits As-Samarqandi berkata, ”Tidak apa-apa melindungi jiwa dan harta dengan suap.
d. Memberikan sesuatu kepada seseorang yang tidak bertugas di pengadilan atau di instansi tertentu agar bisa menolongnya dalam mendapatkan haknya di pengadilan dan instansi tersebut, maka hukumnya halal bagi keduanya (pemberi dan penerima) sebagai upah atas tenaga dan potensi yang dikeluarkannya. Tapi Ibnu Mas’ud dan Masruq lebih cenderung bahwa pemberian tersebut juga termasuk suap yang dilarang, karena orang tersebut memang harus membantunya agar tidak terzhalimi. Firman Allah SWT yang artinya:
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu melanggar syi’ar-syi’ar Allah, dan jangan melanggar kehormatan bulan-bulan haram, jangan (mengganggu) binatang-binatang had-ya, dan binatang-binatang qalaa-id, dan jangan (pula) mengganggu orang-orang yang mengunjungi Baitullah sedang mereka mencari kurnia dan keridhaan dari Tuhannya dan apabila kamu Telah menyelesaikan ibadah haji, Maka bolehlah berburu. dan janganlah sekali-kali kebencian(mu) kepada sesuatu kaum Karena mereka menghalang-halangi kamu dari Masjidil haram, mendorongmu berbuat aniaya (kepada mereka). dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. dan bertaqwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.” (QS. Al-Maidah: 2)
(sumber: mausu’ah fiqhiyyah dan tafsih ayat ahkam lil Jash-shash)
7. Risywah masa kini
Saat ini ada bentuk risywah yang tampak lebih lembut, seperti pemberian yang diberikan kepada seseorang dengan tujuan investasi jasa, baik materi atau pelayanan, dll. Dan ada pula bentuk risywah yang lebih berat dari risywah itu sendiri, seperti pemberian yang diberikan kepada seseorang dari dana yang bukan miliknya, seperti dana APBD, dll.
8. Hukum pemberian dilihat dari sisi orang yang diberi
a. Penguasa
Ibnu Hubaib berkata, “Para ulama sepakat mengharamkan memberikan hadiah kepada penguasa, hakim, pejabat dan pegawai penarik retribusi.” (al-Qurtubi 2/340). Nabi Muhammad SAW memang menerima hadiah walaupun beliau adalah pejabat dan penguasa, tapi ini adalah bagian dari kekhususan beliau, karena beliau ma’shum terjaga dari dosa. Hal ini juga pernah dikatakan oleh Umar bin Abdul Aziz ketika beliau menolak hadiah yang diberikan kepadanya, beliau mengatakan: pemberian yang diberikan kepada Nabi termasuk hadiah sementara yang diberikan kepada kita adalah risywah, karena pemberian yang diberikan kepada beliau lantaran kenabiannya sementara pemberian yang diberikan kepada kita karena pangkat jabatan kita.
Hadits Rasulullah SAW, “Hadiah kepada pejabat adalah penyelewengan.” (HR Ahmad)
b. Pejabat pemerintah
hadiah yang diberikan kepada pejabat hukumnya sama dengan hadiah yang diberikan kepada penguasa, sebagaimana penjelasan yang disampaikan oleh Ibnu Hubaib, hal itu diperkuat dengan sabda Rasulullah dalam hadits Ibnul Utbiyah
عَنْ أَبِي حُمَيْدٍ السَّاعِدِيِّ رَضِي اللَّه عَنْهم قَالَ اسْتَعْمَلَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَجُلًا مِنَ الْأَزْدِ يُقَالُ لَهُ ابْنُ الْأُتْبِيَّةِ عَلَى الصَّدَقَةِ فَلَمَّا قَدِمَ قَالَ هَذَا لَكُمْ وَهَذَا أُهْدِيَ لِي قَالَ فَهَلَّا جَلَسَ فِي بَيْتِ أَبِيهِ أَوْ بَيْتِ أُمِّهِ فَيَنْظُرَ يُهْدَى لَهُ أَمْ لَا وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لَا يَأْخُذُ أَحَدٌ مِنْهُ شَيْئًا إِلَّا جَاءَ بِهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ يَحْمِلُهُ عَلَى رَقَبَتِهِ إِنْ كَانَ بَعِيرًا لَهُ رُغَاءٌ أَوْ بَقَرَةً لَهَا خُوَارٌ أَوْ شَاةً تَيْعَرُ ثُمَّ رَفَعَ بِيَدِهِ حَتَّى رَأَيْنَا عُفْرَةَ إِبْطَيْهِ اللَّهُمَّ هَلْ بَلَّغْتُ اللَّهُمَّ هَلْ بَلَّغْتُ ثَلَاثًا
Dari Abi Humaid As Sa’idi RA berkata Nabi SAW mempekerjakan seseorang dari suku Azdy namanya Ibnu Alutbiyyah untuk mengurusi zakat, tatkala ia datang berkata [kepada Rasulullah] ini untuk Anda dan ini dihadiahkan untuk saya, bersabda beliau : kenapa dia tidak duduk di rumah ayahnya atau ibunya, lantas melihat apakah ia diberi hadiah atau tidak, Demi Dzat yang jiwaku di tanganNya tidaklah seseorang mengambilnya darinya sesuatupun kecuali ia datang pada hari kiamat dengan memikulnya di lehernya, kalau unta atau sapi atau kambing semua bersuara dengan suaranya kemudian beliau mengangkat tangannya sampai kelihatan putih ketiaknya lantas bersabda : Ya Allah, tidaklah telah aku sampaikan? (HR Bukhari)
Dan sabda Nabi SAW :
” هدايا الأمراء غلول “
“Hadiah yang diberikan kepada para penguasa adalah ghulul” (HR. Ahmad 5/424)
Ghulul, secara bahasa berarti khianat dan secara istilah mengambil sesuatu dari rampasan perang sebelum dibagi atau khianat pada harta rampasan perang. Berkata Nawawi, ghulul arti asalnya adalah khianat, tetapi penggunaannya secara dominan dipakai pada khianat dalam ghanimah. Dan yang biasa berkhianat atas harta itu adalah para penguasa dan pejabat.
c. Hakim
Pemberian yang diberikan kepada hakim adalah harta haram menurut kesepakatan para ulama, karena termasuk SUHT (yaitu yang haram yang tidak boleh di konsumsi maupun digunakan sebagai investasi).
d. Mufti
Haram bagi seorang mufti menerima suap untuk memberikan fatwa atau putusan hukum sesuai yang diinginkan mustafti (yang meminta fatwa). (ar-Raudhah 11/111, Asnaa al-Mutahalib 4/284) Ibnu Arfah berkata, “sebagian ulama mutaakhkhirin mengatakan : ‘hadiah yang diberikan kepada seorang mufti jika tidak berpengaruh kepada semangat mufti tersebut, baik ada hadiah atau tidak ada tetap semangat maka boleh diambil, dan jika mufti tersebut tidak semangat kecuali dengan hadiah maka tidak boleh diambilnya, ini jika tidak berkaitan dengan masalah yang dipertikaikan. Tapi sebaiknya seorang mufti tidak menerima hadiah dari mustafti, karena itu bisa menjadi risywah kata Ibnu Aisyun.
e. Guru/Dosen
Jika pemberian itu diberikan dengan penuh rasa cinta dan kasih sayang karena ilmu dan keshalihannya maka boleh diterima, tapi jika diberikan agar memberikan tugas dan kewajiban yang sudah menjadi tanggung jawabnya maka sebaiknya tidak diambilnya.
f. Saksi
Haram bagi seorang saksi menerima pemberian (risywah) apabila ia menerimanya maka gugurlah keadilan yang menjadi syarat sah kesaksiannya. (al-Muhadzaab 2/330, al-Mughni 9/40 dan 160).
9. Hukum keputusan hakim yang disertai risywah.
Jika seorang hakim memutuskan perkara dengan disertai risywah, maka para ulama berbeda pendapat apakah putusan itu sah dan harus dilaksanakan atau putusan itu batal demi hukum:
a. Mayoritas ahli fiqih berpendapat bahwa hukum yang ditetapkan dengan risywah batal dan tidak boleh dilaksanakan, walaupun keputusan tersebut benar. (al Bahrurraiq 6/284, al Mughni 9/40)
b. Al Khashaf dan Ath-Thohawi berpendapat bahwa keputusan hakim dianggap sah jika bertepatan dengan syari’ah, dan risywah tidak bisa membatalkan hukum yang benar yang telah ditetapkan (Durarul hukkam 4/537)
10. Sanksi bagi pelaku risywah
Risywah adalah sebuah pelanggaran yang jelas pelakunya harus dikenai sanksi, baik ar-rasyi sebagai pemberi maupun al-murtasyi sebagai penerima pemberian.
Dan dikarenakan tidak adanya nash khusus tentang sanksi yang harus diberikan baik bentuk maupun ukurannya, maka sanksi risywah berbentuk ta’zir yang bentuk dan macamnya diserahkan kepada hakim.
11. Cara pengembalian uang hasil risywah
Risywah hukumnya tetap haram walaupun menggunakan istilah hadiah, hibah atau tanda terima kasih dll. Sebagaimana yang telah dijelaskan pada hadits Ibnul Lutbiyah di atas.
Oleh karena itu setiap perolehan apa saja di luar gaji dan dana resmi/legal yang terkait dengan jabatan/pekerjaan merupakan harta “ghulul” (korupsi) dan hukumnya tidak halal. Meskipun hal itu atas nama ‘hadiah’ dan ‘tanda terima kasih’ akan tetapi dalam konteks dan perspektif syari’at Islam bukan merupakan hadiah tetapi dikategorikan sebagai ‘risywah’ (suap) atau ‘syibhu risywah’ (semi suap) atau ‘risywah masturoh’ (suap terselubung), ‘risywah musytabihah’ (suap yang tidak jelas) ataupun ‘ghulul’ dsb.
Segala sesuatu yang dihasilkan dengan cara yang tidak halal seperti risywah maka harus dikembalikan kepada pemiliknya jika pemiliknya diketahui, dan kepada ahli warisnya jika pemiliknya sudah meninggal, dan jika pemiliknya tidak diketahui maka harus diserahkan ke baitulmal sebagaimana penjelasan yang terdapat dalam hadits Ibnul lutbiah, atau digunakan untuk kepentingan umat Islam. Sebagaimana yang dikatakan oleh syekhul Islam Ibnu Taimiyah terkait dengan orang yang bertaubat setelah mengambil harta orang lain secara tidak benar: ”jika pemiliknya diketahui maka harus dikembalikan kepada pemiliknya, dan jika tidak diketahui maka diserahkan untuk kepentingan umat Islam.” (Kasysyaful Qina’ 6/317)
(SCC)
Sumber: http://www.dakwatuna.com/2012/02/07/18400/hukum-risywah-suap/#ixzz43aipWXx1
Follow us: @dakwatuna on Twitter | dakwatunacom on Facebook
Minggu, 20 Maret 2016
politik dalam islam
بسم الله الرحمن الرحيم
#Politik Islam : Tidak Ada Kekuasaan Kembar Didalam Islam#
Pelajaran Hadist Hari Ini :
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam Bersabda,
وَمَنْ بَايَعَ إِمَاماً فَأَعْطَاهُ صَفْقَةَ يَدِهِ وَثَمَرَةَ قَلْبِهِ فَلْيُطِعْهُ إِنِ اسْتَطَاعَ، فَإِنْ جَاءَ آخَرُ يُنَازِعُهُ فَاضْرِبُواْ عُنُقَ الآخَرِ
Artinya : Dan barang siapa yang membaiat seorang imam (khalifah) dan ia telah berikan genggaman tangannya & buah hatinya maka hendaknya ia menaati imam itu semampu dia, dan jika datang orang lain hendak merebutnya maka penggallah leher orang lain itu.(HR.Muslim).
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
Saudaraku seiman, Segala puji hanyalah milik Allah Subhana wa ta’ala. Shalawat & salam senantiasa tercurahkan kpd Rasulullah Muhammad Shallallahu 'alaihi wa salam, para keluarganya, sahabat2 nya& ummatnya yg istiqomah diatas sunnahnya hingga hari kiamat.
Tausiyah group WA & BBM pagi ini akan membahas politik Islam yaitu tentang, Tdk adanya kekuasaan kembar didlm Islam. Bagi setiap individu mukmin memahami politik Islam adl perkara yg penting , hal ini sama pentingnya dgn mempelajari ilmu2 yg lainnya sprti ilmu fiqh agar kita mampu membedakan sistem politik dari Islam dgn yg bukan berasal dari Islam. Apalagi perkembangan ilmu politik Demokrasi sekuler hingga hari ini tlh diserap dgn baik dlm benak kaum muslimin yg berimplikasi pd tabunya sistem politik Islam.
Bentuk negara Khilafah Islam adl negara kesatuan bukan negara federasi. Artinya eksistensi seorang kepala negara Islam adl utk seluruh kaum muslimin diseluruh dunia. Apabila pemilihan seorang Khalifah tlh dilaksanakan baik melalui mekanisme musyawarah ahlu halli walaqdi maupun melalui pemilu maka tahapan berikutnya adl pengangkatan Khalifah melalui bai'at. Bai'at (janji setia utk taat) adl menjadi tolok ukur sah tidaknya pengangkatan seorang Khalifah menjadi kepala negara.
Sebagaimana Rasulullah SAW di bai'at oleh pimpinan kabilah Aus & khajraj pd bai'at Aqabah pertama & kedua atau peristiwa bai'at ridhwan pd peristiwa perjanjian Hudaibiyah. Begitu pula halnya dgn di bai'at nya Abu bakar siddiq r.a sbg Khalifah di Saqifah bani saidah setelah 6 orang sahabat utama bermusyawarah.
Disinilah letak perbedaan mendasar pengangkatan seorang kepala negara dlm sistem politik Islam dgn sistem politik diluar Islam. Pengangkatan seorang Khalifah menjadi kepala negara dgn melalui bai'at bukan dgn sumpah. Bai'at diberikan oleh kaum muslimin kpd Khalifah bukan dari Khalifah kpd kaum muslimin. Membatalkan bai'at kpd Khalifah sama artinya dgn melepaskan tangan dari ketaatan kpd Allah SWT. Sebab seorang Khalifah adl wakil ummat utk menerapkan & mengamalkan Al-Qur'an & As-sunnah dlm seluruh aspek kehidupan.
Mengutip dari buku, "Panduan lurus memahami Khilafah Islamiyah menurut kitab kuning karya Ust.Fatih Syamsudin Ramadhan dijelaskan : Tdk ada kekuasaan kembar didlm Islam. Khalifah hrs satu utk seluruh kaum muslimin didunia tanpa memandang lagi luas sempitnya wilayah kekhilafahan Islam. Ketentuan ini didasarkan kpd riwayat2 hadist diantaranya Rasulullah SAW bersabda,
مَنْ أَتَاكُمْوَأَمْرُكُمْ جَمِيْعٌ عَلَى رَجُلٍ وَاحِدٍ يُرِيْدُ أَنْ يَشُقَّ عَصَاكُمْ أَوْ يُفَرِّقَ جَمَاعَتَكُمْ فَاقْتُلُوْهُ
Artinya : “Siapa saja yg datang kpd kalian, sedangkan urusan kalian terhimpun pd satu orang laki-laki (seorang khalifah), lalu dia (orang yg datang itu) hendak memecah kesatuan kalian & mencerai-beraikan jamaah kalian, maka bunuhlah.(HR.Muslim).
إِذَا بُوْيِعَلِخَلِيْفَتَيْنِ فَاقْتُلُواْ الآخِرَ مِنْهُمَا
Artinya :“Jika dua orang Khalifah dibai’at, maka bunuhlah yang terakhir (dibai’at) dari keduanya.” (HR.Muslim).
Jika pd saat yg bersamaan aqad Khalifah terwujud 2 orang Khalifah didua negara yg berbeda maka aqad Khilafah utk keduanya batal. Sebab tdk boleh ada 2 orang Khalifah bagi kaum muslimin. Tdk bisa dinyatakan bhw aqad Khilafah sah bagi pihak yg lbh dahulu dibai'at. Masalahnya bukan terletak pd mana yg lbh dahulu dibai'at akan tp terletak pd pengangkatan Khalifah itu sendiri. Solusinya Ahlu halli walaqdi didua negara tsb hrs berkumpul & bersatu utk menetapkan salah satu pihak yg mesti dibai'at, sebab urusan Khilafah adl urusan seluruh kaum muslimin bukan urusan kelompok.
Al-imam Ibnu Hajar Al-asqalaniy rahimahullahu didlm Kitab Fath Al-barri menyatakan :
والمعنى انه اذا بويع الخليفة بعد الخليفة فبيعة الاول صحيحة يجب الوفاء بها وبيعة الثاني باطلة، قال النووي : سواء عقدوا للثاني عالمين بعقد الاول ام لا، سواء كانوا في بلدالامام المنفصل ام لا. هذاهوالصواب الذي عليه الجمهور.
Artinya : Maknanya jika dibai'at seorang Khalifah setelah dibai'atnya seorang Khalifah maka bai'at yg pertama sah, wajib dipenuhi sedangkan bai'at kedua batal. Imam Nawawi berkata, sama saja apakah orang2 yg membai'at (menyerahkan aqad Khilafah) kpd orang yg kedua mengetahui penyerahan aqad Khilafah kpd orang yg pertama atau tidak, sama saja apakah mrk berada disatu negeri imam yg terpisah atau tdk. Ini adl pendapat yg benar yg dipegang teguh oleh jumhur ulama.(Ref : Kitab Fath Al-barri, Juz 10 hal 255).
Al-imam Al-Mawardi rahimahullahu menjelaskan, Jika imamah/Khalifah diberikan kpd 2 orang didua tempat maka kepemimpinan keduanya tdk sah krn ummat tdk dibenarkan mempunyai 2 Khalifah pd waktu yg sama kendati ada orang sesat yg membolehkannya.(Ref : Kitab Al-ahkan As-sulthaniyah, hal 9).
Kesimpulan
Dari pemaparan para ulama diatas jelas bhw kepemimpinan umat Islam hanya satu utk seluruh kaum muslimin didunia. Dgn pemimpin yg satu ini kaum muslimin akan disatukan dibawah ikatan aqidah Islam tanpa memandang ras, suku, bangsa & perbedaan mazhab sebab negara Khilafah Islam bukan negara mazhab.
Semoga Allah SWT segera menurunkan pertolongan-Nya kpd kaum muslimin utk kembali tegaknya Khilafah Islam sesuai dgn metode kenabian yg akan melindungi umat Islam dari segala bentuk penjajahan & akan menerapkan syari'at Islam dlm seluruh aspek kehidupan. Bangkit & tegaknya Khilafah Islam adl janji Allah SWT, sedangkan janji Allah SWT adl PASTI.
Wallahu a'lam
By : Tommy Abdillah
Mari raih amal soleh dengan share tulisan da'wah ini. Barakallahu fiikum
Jumat, 18 Maret 2016
jawaban ujian semester IV STIDKI AL AZIZ Batam
NAMA : TARMİZİ
NIM : 2014.01.0054
MATA KULIAH : JURNALIS PERS 2
DOSEN : CANDRA PUSPONEGORO. SOS
JURUSAN : DAKWAH DAN KOMUNIKASI
jawaban tugas ujian membuat berita aktivitas suami, istri dan anak dengan bertutur
# aktivitas saya, istri dan anak saya#
suara asan subuh membangunkan kami dalam kesunyian malam, jam menunjukkan pukul 05 : 00 setelah azan subuh di musolah bustanul ulum yang terletak di samping rumah kami yang jarak nya sekitar 10 meter biasanya melantunkan sholawat nabi hingga iqomah yang menandakan solat subuh akan di mulai, pada pagi hari ini jumat 17 /3 /2016 saya datang solat subuh setelah imam membaca surat al fatihah, saya datang solat subuh hampir masbuk dikarenakan badan kurang fit dan tidur sudah larut malam sekitar jam 12:00 malam setelah aktivitas kuliah sampai pukul 10:30 karena ada acara laporan pertanggung jawaban dema yang pertama saya di tunjuk sebagai panitia pelaksana harus pulang larut malam. Setelah solat subuh seperti biasa nya saya sempat untuk berzikir hingga pukul 5:30 pagi, setelah zikir di musolah saya beranjak pulang ke rumah untuk siap siap berangkat kerja. saya mempunyai 2 orang anak dan satu orang istri, istri saya bekerja sebagai guru di Mi daru ihsan, dan anak saya yang pertama baru TK di TK daru ihsan, seperti biasanya setelah solat subuh dan mempersiapkan sarapan anak dan istri saya bersiap-siap untuk berangkat ke sekolah dan saya mempersiapkan kendaraan untuk dipakai istri dan anak saya. setelah mandi anak saya memakai pakaian sendiri sedang istri bersiap-siap juga untuk berangkat ke sekolah dengan menggunakan kendaraan roda dua yang saya persiapkan, kami punya dua kendaraan yang satu saya pakai untuk bekerja dan satunya di pakai istri saya untuk bekerja di sekolah, anak saya pulang sekolah jam 10 seperti biasanya anak saya ke tempat ibunya mengajar di mi, jam 2:00 barulah pulang kerumah jarak rumah ke sekolah sekitar 150 meter. dan saya pulang dari tempat kerja jam 5:00 sekitar 30 menit saya sudah sampai di rumah, sesampainya di rumah saya di sambut anak dan istri saya, setelah bersantai sejenak menikmati kue yang di buat oleh istri saya di temani dengan secangkir teh hangat jam 6:15 saya mandi untuk siap siap berangkat ke musolah dan kuliah, sedangkan anak dan istri bersiap-siap juga untuk ke musolah, mereka telah mandi sore sebelum saya sampai ke rumah saat pulang dari bekerja. setelah solat magrib istri mempersiapkan hidangan makan malam sebelum saya berangkat kuliah. saya pulang kuliah biasa nya anak dan istri sudah tidur. itu lah aktivitas saya istri dan anak saya setiap hari nya. makasih
Kamis, 17 Maret 2016
Renungan usia kita
"KETIKA UMURKU SUDAH 40 TAHUN"
By : ustadz Dr. Syafiq Reza Basalamah…
Bismillahirrahmanirrahim
Assalamualaikum warohmatullahi wabarokatuh
SubhanAllah Alhamdulillah Allahu Akbar….
1. Umur 40 tahun merupakan puncaknya masa2 remaja…ibarat kita sedang dipuncak gunung lalu setelah itu kita akan berjalan turun, apakah lambat atau cepat untuk sampai tujuan (alam kubur)….
2. Umur 40 tahun berada pada persimpangan jalan terakhir apakah akan lebih baik atau malah lebih buruk ketika di akhir perjalan kehidupannya karena umur umat nabi Muhammad antara 60 hingga 70 tahun atau lebih dari itu…
3. Umur 40 tahun sudah saatnya semakin memperbanyak ibadah hingga ajal menjemput dan perbanyak berdoa agar diwafatkan dalam keadaan muslim dan dikumpulkan bersama orang2 muslim
4. Umur 40 tahun perbanyak istighfar memohon ampun pada Allah atas dosa2 yang telah kita lakukan dimasa lalu (Taubatan nasuha)
5. Umur 40 tahun perbanyak berdoa agar anak2 keturunan kita menjadi anak2 yang shalih yang ikhlas mendoakan orang tuanya baik ketika masih hidup maupun sudah tiada…
6. Umur 40 tahun jangan sampai melenakan kita dari kecintaan pada harta dan anak2 kita secara berlebihan, maka infaqkanlah dijalan Allah sebagian rizqi yang telah Allah karuniakan pada kita
7. Umur 40 tahun (terutama ikhwan) wajib semakin berbakti dan berbuat baik kepada orangtua jika masih hidup karena kita dan harta kita milik orang tua kita, maka perbanyak doa agar kita bisa mensyukuri nikmat yang begitu besar yang telah Allah berikan pada kita…jika orang tua kita sudah tiada maka doakan mereka dan kunjungi teman2 akrab orang tua kita yang masih hidup dan berbuat baiklah pada mereka
8. Umur 40 tahun agar melazimkan doa sebagaimana firman Allah QS. Al Ahqaf : 15
رَبِّ أَوزِعنِي أَن أَشكُرَنِعمَتَكَ الَّتِي أَنعَمتَ عَلَىَّ وَعَلَىوَلِدَىَّ وَأَن أَعمَلَ صَلِحًاتَرضَهُ وَأَصلِح لِىفِى ذُرِّيَّتِي إِنِّى تُبتُ إِلَيكَ وَإِنِّى مِنَ المُسلِمِينَ
"Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmatMU yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada kedua ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang shalih yang Engkau ridhai, berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang yang berserah diri."
Sebagai penutup ingatlah wahai saudaraku…sesungguhnya sebaik2 manusia adalah yang umurnya panjang dan banyak amalnya (sesuai dengan sunnah)
Dan ingatlah tentang 3 manusia yang tidak akan diajak bicara oleh Allah dan mendapat siksa yang pedih diantaranya :
1. Orang tua yang berzina
2. Penguasa yang bohong (pendusta)
3. Orang miskin yang sombong
Maka waspadalah terutama kita2 yang sudah berumur 40 tahun…
الله أعلم
Diringkas dari kajian ustadz Dr. Syafiq Reza Basalamah
By : ustadz Dr. Syafiq Reza Basalamah…
Bismillahirrahmanirrahim
Assalamualaikum warohmatullahi wabarokatuh
SubhanAllah Alhamdulillah Allahu Akbar….
1. Umur 40 tahun merupakan puncaknya masa2 remaja…ibarat kita sedang dipuncak gunung lalu setelah itu kita akan berjalan turun, apakah lambat atau cepat untuk sampai tujuan (alam kubur)….
2. Umur 40 tahun berada pada persimpangan jalan terakhir apakah akan lebih baik atau malah lebih buruk ketika di akhir perjalan kehidupannya karena umur umat nabi Muhammad antara 60 hingga 70 tahun atau lebih dari itu…
3. Umur 40 tahun sudah saatnya semakin memperbanyak ibadah hingga ajal menjemput dan perbanyak berdoa agar diwafatkan dalam keadaan muslim dan dikumpulkan bersama orang2 muslim
4. Umur 40 tahun perbanyak istighfar memohon ampun pada Allah atas dosa2 yang telah kita lakukan dimasa lalu (Taubatan nasuha)
5. Umur 40 tahun perbanyak berdoa agar anak2 keturunan kita menjadi anak2 yang shalih yang ikhlas mendoakan orang tuanya baik ketika masih hidup maupun sudah tiada…
6. Umur 40 tahun jangan sampai melenakan kita dari kecintaan pada harta dan anak2 kita secara berlebihan, maka infaqkanlah dijalan Allah sebagian rizqi yang telah Allah karuniakan pada kita
7. Umur 40 tahun (terutama ikhwan) wajib semakin berbakti dan berbuat baik kepada orangtua jika masih hidup karena kita dan harta kita milik orang tua kita, maka perbanyak doa agar kita bisa mensyukuri nikmat yang begitu besar yang telah Allah berikan pada kita…jika orang tua kita sudah tiada maka doakan mereka dan kunjungi teman2 akrab orang tua kita yang masih hidup dan berbuat baiklah pada mereka
8. Umur 40 tahun agar melazimkan doa sebagaimana firman Allah QS. Al Ahqaf : 15
رَبِّ أَوزِعنِي أَن أَشكُرَنِعمَتَكَ الَّتِي أَنعَمتَ عَلَىَّ وَعَلَىوَلِدَىَّ وَأَن أَعمَلَ صَلِحًاتَرضَهُ وَأَصلِح لِىفِى ذُرِّيَّتِي إِنِّى تُبتُ إِلَيكَ وَإِنِّى مِنَ المُسلِمِينَ
"Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmatMU yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada kedua ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang shalih yang Engkau ridhai, berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang yang berserah diri."
Sebagai penutup ingatlah wahai saudaraku…sesungguhnya sebaik2 manusia adalah yang umurnya panjang dan banyak amalnya (sesuai dengan sunnah)
Dan ingatlah tentang 3 manusia yang tidak akan diajak bicara oleh Allah dan mendapat siksa yang pedih diantaranya :
1. Orang tua yang berzina
2. Penguasa yang bohong (pendusta)
3. Orang miskin yang sombong
Maka waspadalah terutama kita2 yang sudah berumur 40 tahun…
الله أعلم
Diringkas dari kajian ustadz Dr. Syafiq Reza Basalamah
Rabu, 16 Maret 2016
LAKI-LAKI ADALAH PEMIMPIN BAGI WANITA
بسم الله الرحمن الرحيم
#Laki-laki Adalah Pemimpin Bagi Wanita#
Pelajaran Ayat Al-Qur’an Hari Ini :
Allah Subhana Wa Ta'ala Berfirman,
الرِّجَالُ قَوَّامُونَ عَلَى النِّسَاءِ بِمَا فَضَّلَ اللَّهُ بَعْضَهُمْ عَلَى بَعْضٍ وَبِمَا أَنْفَقُوا مِنْ أَمْوَالِهِمْ فَالصَّالِحَاتُ قَانِتَاتٌ حَافِظَاتٌ لِلْغَيْبِ بِمَا حَفِظَ اللَّهُ وَاللَّاتِي تَخَافُونَ نُشُوزَهُنَّ فَعِظُوهُنَّ وَاهْجُرُوهُنَّ فِي الْمَضَاجِعِ وَاضْرِبُوهُنَّ فَإِنْ أَطَعْنَكُمْ فَلَا تَبْغُوا عَلَيْهِنَّ سَبِيلًا إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلِيًّا كَبِيرًا
Artinya : “Laki-laki itu adalah pemimpin atas perempuan dengan sebab apa ayng telah Allah lebihkan sebagian kalian atas sebagian yang lain dan dengan sebab apa-apa yang mereka infaqkan dari harta-harta mereka. Maka wanita-wanita yang shalihah adalah yang qanitah (ahli ibadah), yang menjaga (kehormatannya) taatkala suami tidak ada dengan sebab Allah telah menjaganya. Adapun wanita-wanita yang kalian khawatirkan akan ketidaktaatannya maka nasihatilah mereka, dan tinggalkanlah di tempat-tempat tidur mereka, dan pukullah mereka. Akan tetapi jika mereka sudah mentaati kalian maka janganlah kalian mencari-cari jalan (untuk menyakiti) mereka, sesungguhnya Allah itu Maha tinggi lagi Maha besar.”(QS.An-nisaa’:34)
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
Saudaraku seiman, Segala puji hanyalah milik Allah Subhana wa ta’ala. Shalawat & salam senantiasa tercurahkan kpd Rasulullah Muhammad Shallallahu 'alaihi wa salam, para keluarganya, sahabat2 nya& ummatnya yg istiqomah diatas sunnahnya hingga hari kiamat.
Tausiyah group WA & BBM pagi ini msh akan membahas tentang keluarga Islam yaitu laki2 adl pemimpin bagi wanita.
Keluarga adl tatanan organisasi terkecil ditengah2 masyarakat. Didlm Islam kepemimpinan keluarga ada pd suami, suami menjadi pengendali nakhoda rumah tangga. Baik & buruknya kondisi rumah tangga tergantung kpd kepemimpinan suami.
حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ مَسْلَمَةَ عَنْ مَالِكٍ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ دِينَارٍ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ أَلَا كُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ فَالْأَمِيرُ الَّذِي عَلَى النَّاسِ رَاعٍ عَلَيْهِمْ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْهُمْ وَالرَّجُلُ رَاعٍ عَلَى أَهْلِ بَيْتِهِ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْهُمْ وَالْمَرْأَةُ رَاعِيَةٌ عَلَى بَيْتِ بَعْلِهَا وَوَلَدِهِ وَهِيَ مَسْئُولَةٌ عَنْهُمْ وَالْعَبْدُ رَاعٍ عَلَى مَالِ سَيِّدِهِ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْهُ فَكُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ
Ibn umar r.a berkata : saya tlh mendengar Rasulullah SAW bersabda, setiap orang adl pemimpin & akan diminta pertanggung jawaban atas kepemimpinannnya. Seorang kepala negara akan diminta pertanggung jawaban perihal rakyat yg dipimpinnya. Seorang suami akan ditanya perihal keluarga yg dipimpinnya. Seorang isteri yg memelihara rumah tangga suaminya akan ditanya perihal tanggungjawab & tugasnya. Bahkan seorang pembantu/pekerja rumah tangga yang bertugas memelihara barang milik majikannya jg akan ditanya dari hal yg dipimpinnya. Dan kamu sekalian pemimpin & akan ditanya (diminta pertanggungan jawab) darihal hal yg dipimpinnya.(HR.Bukhari-Muslim).
Suami memiliki tanggung jawab dlm pemenuhan kebutuhan nafkah keluarga, menyediakan tempat tinggal, pelindung keluarga, pendidik & pembimbing anak2 beserta isterinya. Allah ta’ala berfirman,
وَعَلَى الْمَوْلُودِ لَهُ رِزْقُهُنَّ وَكِسْوَتُهُنَّ بِالْمَعْرُوفِ ۚ لَا تُكَلَّفُ نَفْسٌ إِلَّا وُسْعَهَا ۚ
Artinya : Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara ma’ruf. Seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya.(QS.Al-baqarah:233).
Al-imam Ibnu Katsir rahimahullahu menafsirkan Surat An-nisaa’ ayat 34 diatas, makna pemimpin bagi kaum perempuan adl penegak urusan mrk dgn mewajibkan bagi mrk utk menunaikan hak2 Allah dgn melaksanakan kewajiban2 yg Allah tetapkan & melarang mereka dari perbuatan2 yg merusak atau maksiat, serta mendidik mereka utk meluruskan kebengkokan mereka.
(Ref : Kitab Tafsir Ibnu Katsir, 1/653).
Bila ada seorang suami yg melalaikan tanggung jawab nya sbg pemimpin keluarga sungguh ia termasuk orang yg dzalim & orang yg dzalim akan mendapatkan azab yg berat dari Allah ta’ala.
Tdk ada kepemimpinan tanpa ada ketaatan. Isteri wajib mentaati suami selama tdk utk bermaksiat kpd Allah SWT. Ketaatan seorang isteri thp suami adl bersifat mutlak dlm rangka mentaati Allah SWT. Rasulullah SAW bersabda,
لَوْ كُنْتُ آمُرُ أَحَدًا أَنْ يَسْجُدَ لأَحَدٍ لأَمَرْتُ الْمَرْأَةَ َأنْ تَسْجُدَ لِزَوْجِهَا
Artinya : Seandainya aku boleh memerintahkan seseorang utk sujud kpd orang lain niscaya aku akan memerintahkan istri utk sujud kpd suaminya.(HR.Tirmidzi).
Isu gender & emansipasi wanita yg diusung oleh orang2 Liberal lambat laun menggerus keutuhan & keharmonisan rumah tangga kaum muslimin. Ide emansipasi wanita berpandangan bhw seorang wanita memiliki kedudukan yg sama dgn laki2 termasuk dlm urusan keluarga shg seorang isteri sulit utk mentaati suaminya. Hilangnya ketaatan isteri thp suami adl pangkal dari hilangnya kepemimpinan suami didlm rumah tangga.
Realitas kehidupan rumah tangga kaum muslimin hari ini tdk sedikit suami yg dikendalikan oleh isteri krn ia memiliki status sosial yg lbh tinggi. Ada suami yg membimbing isterinya dgn tuntunan yg benar utk menjaga shalatnya, menutup auratnya ketika keluar rumah, menjaga kehormatannya, menjaga silaturahim kpd mertua & keluarga suaminya tp sering membantah serta membangkang thp nasehat2 suaminya. Bila hal ini terjadi suami dpt bersabar & terus berusaha membimbingnya agar isterinya dpt menjadi isteri soleha.
Perbuatan tdk mau bersyukur & tdk mau taat kpd suami merupakan salah satu sebab para wanita menjadi mayoritas penghuni neraka, sebagaimana diberitakan oleh Rasulullah SAW ketika selesainya beliau dari Shalat Khusyuf :
أُرِيْتُ النَّارُ فَإِذَا أَكْثَرُ أَهْلِهَا النِّسَاءُ يَكْفُرْنَ. قِيْلَ: أَ يَكْفُرْنَ بِاللهِ؟ قَالَ: يَكْفُرْنَ الْعَشِيْرَ وَيَكْفُرْنَ الإِحْسَانَ, لَوْ أَََحْسَنْتَ إِلىَ إِحْدَاهُنَّ الدَّهْرَ ثُمَ رَأَتْ مِنْكَ شَيْئًا قَالَتْ: مَا رَأَيْتُ مِنْكَ خَيْرًا قَطُّ
Artinya : Diperlihatkan neraka kepadaku. Ternyata mayoritas penghuninya adl para wanita yg kufur. Ada yg bertanya kpd beliau : Apakah para wanita itu kufur kepada Allah? Beliau menjawab: (Tdk, melainkan) mereka kufur kpd suami dan mengkufuri kebaikan (suami). Seandainya engkau berbuat baik kpd salah seorang dari mereka satu masa, kemudian suatu saat ia melihat darimu ada sesuatu (yg tdk berkenan di hatinya) niscaya ia akan berkata: Aku sama sekali belum pernah melihat kebaikan darimu.”(HR.Bukhari No.29 & Muslim No.907).
Secara alamiah tdk ada seorangpun yg menginginkan gagal dlm membina rumah tangganya tp terkadang kehidupan ini dihiasi dgn jalan terjal lg licin. Kegagalan berumah tangga tdk hanya dialami oleh manusia biasa tp jg dialami oleh para Nabi Allah yg mulia. Sebagaimana Al-Quran menjelaskan kisah isteri Nabi Luth 'Alaihissalam & kisah Nabi Nuh 'Alaihissalam, dimana Isteri & anak2 nya tdk mau beriman kpd Allah ta’ala & Nabi-nabi-Nya.
Seorang suami sbg pemimpin keluarga wajib membekali dirinya dgn ilmu agama Islam yg cukup sbg bekal kepemimpinannya. Belum terlambat bagi kita utk terus memperbaiki diri, membimbing anak2 & isteri menuju kehidupan yg lbh baik yg didasari oleh nilai2 iman & Islam shg nyata eksistensi kepemimpinan suami didlm rumah tangganya. Semoga Allah subhana wa ta'ala menjaga keutuhan & keharmonisan keluarga kaum muslimin. Aamiin ya rabb..
Wallahu a’lam
By ; Tommy Abdillah
Mari raih amal soleh dengan share tulisan da'wah ini. Barakallahu fiikum
#Laki-laki Adalah Pemimpin Bagi Wanita#
Pelajaran Ayat Al-Qur’an Hari Ini :
Allah Subhana Wa Ta'ala Berfirman,
الرِّجَالُ قَوَّامُونَ عَلَى النِّسَاءِ بِمَا فَضَّلَ اللَّهُ بَعْضَهُمْ عَلَى بَعْضٍ وَبِمَا أَنْفَقُوا مِنْ أَمْوَالِهِمْ فَالصَّالِحَاتُ قَانِتَاتٌ حَافِظَاتٌ لِلْغَيْبِ بِمَا حَفِظَ اللَّهُ وَاللَّاتِي تَخَافُونَ نُشُوزَهُنَّ فَعِظُوهُنَّ وَاهْجُرُوهُنَّ فِي الْمَضَاجِعِ وَاضْرِبُوهُنَّ فَإِنْ أَطَعْنَكُمْ فَلَا تَبْغُوا عَلَيْهِنَّ سَبِيلًا إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلِيًّا كَبِيرًا
Artinya : “Laki-laki itu adalah pemimpin atas perempuan dengan sebab apa ayng telah Allah lebihkan sebagian kalian atas sebagian yang lain dan dengan sebab apa-apa yang mereka infaqkan dari harta-harta mereka. Maka wanita-wanita yang shalihah adalah yang qanitah (ahli ibadah), yang menjaga (kehormatannya) taatkala suami tidak ada dengan sebab Allah telah menjaganya. Adapun wanita-wanita yang kalian khawatirkan akan ketidaktaatannya maka nasihatilah mereka, dan tinggalkanlah di tempat-tempat tidur mereka, dan pukullah mereka. Akan tetapi jika mereka sudah mentaati kalian maka janganlah kalian mencari-cari jalan (untuk menyakiti) mereka, sesungguhnya Allah itu Maha tinggi lagi Maha besar.”(QS.An-nisaa’:34)
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
Saudaraku seiman, Segala puji hanyalah milik Allah Subhana wa ta’ala. Shalawat & salam senantiasa tercurahkan kpd Rasulullah Muhammad Shallallahu 'alaihi wa salam, para keluarganya, sahabat2 nya& ummatnya yg istiqomah diatas sunnahnya hingga hari kiamat.
Tausiyah group WA & BBM pagi ini msh akan membahas tentang keluarga Islam yaitu laki2 adl pemimpin bagi wanita.
Keluarga adl tatanan organisasi terkecil ditengah2 masyarakat. Didlm Islam kepemimpinan keluarga ada pd suami, suami menjadi pengendali nakhoda rumah tangga. Baik & buruknya kondisi rumah tangga tergantung kpd kepemimpinan suami.
حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ مَسْلَمَةَ عَنْ مَالِكٍ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ دِينَارٍ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ أَلَا كُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ فَالْأَمِيرُ الَّذِي عَلَى النَّاسِ رَاعٍ عَلَيْهِمْ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْهُمْ وَالرَّجُلُ رَاعٍ عَلَى أَهْلِ بَيْتِهِ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْهُمْ وَالْمَرْأَةُ رَاعِيَةٌ عَلَى بَيْتِ بَعْلِهَا وَوَلَدِهِ وَهِيَ مَسْئُولَةٌ عَنْهُمْ وَالْعَبْدُ رَاعٍ عَلَى مَالِ سَيِّدِهِ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْهُ فَكُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ
Ibn umar r.a berkata : saya tlh mendengar Rasulullah SAW bersabda, setiap orang adl pemimpin & akan diminta pertanggung jawaban atas kepemimpinannnya. Seorang kepala negara akan diminta pertanggung jawaban perihal rakyat yg dipimpinnya. Seorang suami akan ditanya perihal keluarga yg dipimpinnya. Seorang isteri yg memelihara rumah tangga suaminya akan ditanya perihal tanggungjawab & tugasnya. Bahkan seorang pembantu/pekerja rumah tangga yang bertugas memelihara barang milik majikannya jg akan ditanya dari hal yg dipimpinnya. Dan kamu sekalian pemimpin & akan ditanya (diminta pertanggungan jawab) darihal hal yg dipimpinnya.(HR.Bukhari-Muslim).
Suami memiliki tanggung jawab dlm pemenuhan kebutuhan nafkah keluarga, menyediakan tempat tinggal, pelindung keluarga, pendidik & pembimbing anak2 beserta isterinya. Allah ta’ala berfirman,
وَعَلَى الْمَوْلُودِ لَهُ رِزْقُهُنَّ وَكِسْوَتُهُنَّ بِالْمَعْرُوفِ ۚ لَا تُكَلَّفُ نَفْسٌ إِلَّا وُسْعَهَا ۚ
Artinya : Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara ma’ruf. Seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya.(QS.Al-baqarah:233).
Al-imam Ibnu Katsir rahimahullahu menafsirkan Surat An-nisaa’ ayat 34 diatas, makna pemimpin bagi kaum perempuan adl penegak urusan mrk dgn mewajibkan bagi mrk utk menunaikan hak2 Allah dgn melaksanakan kewajiban2 yg Allah tetapkan & melarang mereka dari perbuatan2 yg merusak atau maksiat, serta mendidik mereka utk meluruskan kebengkokan mereka.
(Ref : Kitab Tafsir Ibnu Katsir, 1/653).
Bila ada seorang suami yg melalaikan tanggung jawab nya sbg pemimpin keluarga sungguh ia termasuk orang yg dzalim & orang yg dzalim akan mendapatkan azab yg berat dari Allah ta’ala.
Tdk ada kepemimpinan tanpa ada ketaatan. Isteri wajib mentaati suami selama tdk utk bermaksiat kpd Allah SWT. Ketaatan seorang isteri thp suami adl bersifat mutlak dlm rangka mentaati Allah SWT. Rasulullah SAW bersabda,
لَوْ كُنْتُ آمُرُ أَحَدًا أَنْ يَسْجُدَ لأَحَدٍ لأَمَرْتُ الْمَرْأَةَ َأنْ تَسْجُدَ لِزَوْجِهَا
Artinya : Seandainya aku boleh memerintahkan seseorang utk sujud kpd orang lain niscaya aku akan memerintahkan istri utk sujud kpd suaminya.(HR.Tirmidzi).
Isu gender & emansipasi wanita yg diusung oleh orang2 Liberal lambat laun menggerus keutuhan & keharmonisan rumah tangga kaum muslimin. Ide emansipasi wanita berpandangan bhw seorang wanita memiliki kedudukan yg sama dgn laki2 termasuk dlm urusan keluarga shg seorang isteri sulit utk mentaati suaminya. Hilangnya ketaatan isteri thp suami adl pangkal dari hilangnya kepemimpinan suami didlm rumah tangga.
Realitas kehidupan rumah tangga kaum muslimin hari ini tdk sedikit suami yg dikendalikan oleh isteri krn ia memiliki status sosial yg lbh tinggi. Ada suami yg membimbing isterinya dgn tuntunan yg benar utk menjaga shalatnya, menutup auratnya ketika keluar rumah, menjaga kehormatannya, menjaga silaturahim kpd mertua & keluarga suaminya tp sering membantah serta membangkang thp nasehat2 suaminya. Bila hal ini terjadi suami dpt bersabar & terus berusaha membimbingnya agar isterinya dpt menjadi isteri soleha.
Perbuatan tdk mau bersyukur & tdk mau taat kpd suami merupakan salah satu sebab para wanita menjadi mayoritas penghuni neraka, sebagaimana diberitakan oleh Rasulullah SAW ketika selesainya beliau dari Shalat Khusyuf :
أُرِيْتُ النَّارُ فَإِذَا أَكْثَرُ أَهْلِهَا النِّسَاءُ يَكْفُرْنَ. قِيْلَ: أَ يَكْفُرْنَ بِاللهِ؟ قَالَ: يَكْفُرْنَ الْعَشِيْرَ وَيَكْفُرْنَ الإِحْسَانَ, لَوْ أَََحْسَنْتَ إِلىَ إِحْدَاهُنَّ الدَّهْرَ ثُمَ رَأَتْ مِنْكَ شَيْئًا قَالَتْ: مَا رَأَيْتُ مِنْكَ خَيْرًا قَطُّ
Artinya : Diperlihatkan neraka kepadaku. Ternyata mayoritas penghuninya adl para wanita yg kufur. Ada yg bertanya kpd beliau : Apakah para wanita itu kufur kepada Allah? Beliau menjawab: (Tdk, melainkan) mereka kufur kpd suami dan mengkufuri kebaikan (suami). Seandainya engkau berbuat baik kpd salah seorang dari mereka satu masa, kemudian suatu saat ia melihat darimu ada sesuatu (yg tdk berkenan di hatinya) niscaya ia akan berkata: Aku sama sekali belum pernah melihat kebaikan darimu.”(HR.Bukhari No.29 & Muslim No.907).
Secara alamiah tdk ada seorangpun yg menginginkan gagal dlm membina rumah tangganya tp terkadang kehidupan ini dihiasi dgn jalan terjal lg licin. Kegagalan berumah tangga tdk hanya dialami oleh manusia biasa tp jg dialami oleh para Nabi Allah yg mulia. Sebagaimana Al-Quran menjelaskan kisah isteri Nabi Luth 'Alaihissalam & kisah Nabi Nuh 'Alaihissalam, dimana Isteri & anak2 nya tdk mau beriman kpd Allah ta’ala & Nabi-nabi-Nya.
Seorang suami sbg pemimpin keluarga wajib membekali dirinya dgn ilmu agama Islam yg cukup sbg bekal kepemimpinannya. Belum terlambat bagi kita utk terus memperbaiki diri, membimbing anak2 & isteri menuju kehidupan yg lbh baik yg didasari oleh nilai2 iman & Islam shg nyata eksistensi kepemimpinan suami didlm rumah tangganya. Semoga Allah subhana wa ta'ala menjaga keutuhan & keharmonisan keluarga kaum muslimin. Aamiin ya rabb..
Wallahu a’lam
By ; Tommy Abdillah
Mari raih amal soleh dengan share tulisan da'wah ini. Barakallahu fiikum
Senin, 14 Maret 2016
wanita soleha dambaan suami soleh
# wanita soleha idaman suami soleh #
Wanita adalah salah satu makhluk ciptaan Allah Subhaanahu wata’ala yang mulia. Karakteristik wanita berbeda dari laki-laki dalam beberapa hukum misalnya aurat wanita berbeda dari aurat laki-laki. Wanita memiliki kedudukan yang sangat agung dalam islam. Islam sangat menjaga harkat, martabat seorang wanita. Wanita yang mulia dalam islam adalah wanita muslimah yang sholihah.
Wanita muslimah tidak cukup hanya dengan muslimah saja, tetapi haruslah wanita muslimah yang sholihah karena banyak wanita muslimah yang tidak sholihah. Allah Subhaanahu wata’ala sangat memuji wanita muslimah, mu’minah yang sabar dan khusyu’. Bahkan Allah Subhaanahu wata’ala mensifati mereka sebagai para pemelihara yang taat. Allah Subhaanahu wata’ala berfirman:
Artinya: “Maka wanita yang sholihah adalah yang taat, lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada dikarenakan Allah telah menjaga mereka.” (QS. An Nisa’:34)
Wanita shalihah adalah idaman setiap orang. Harta yang paling berharga, sebaik-baik perhiasan. Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, artinya: ”Dunia seluruhnya adalah perhiasan. Dan sebaik-baik perhiasan dunia adalah wanita yang sholihah.”
Alangkah indahnya jika setiap muslimah menjadi wanita yang sholihah, idaman setiap suami. Oleh karenanya seyogyanya setiap wanita bersegera untuk memperbaiki diri dan akhlaqnya agar menjadi wanita yang sholihah. Oleh karena itu kita harus mengetahui sifat dan ciri-ciri wanita sholehah, di antaranya:
1. Pertama
Wanita muslimah adalah wanita yang beriman bahwa Allah Subhaanahu wata’ala adalah Rabbnya, dan Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam adalah nabi-Nya, serta islam pedoman hidupnya. Dampak itu semua nampak jelas dalam perkataan, perbuatan, dan amalannya. Dia akan menjauhi apa-apa yang menyebabkan murka Allah, takut dengan siksa-Nya yang teramat pedih, dan tidak menyimpang dari aturan-Nya.
2. Kedua
Wanita muslimah selalu menjaga sholat lima waktu dengan wudlu’nya, khusyu’ dalam menunaikannya, dan mendirikan sholat tepat pada waktunya, sehingga tidak ada sesuatupun yang menyibukkannya dari sholat itu. Tidak ada sesuatupun yang melalaikan dari beribadah kepada Allah Subhaanahu wata’ala sehingga nampak jelas padanya buah sholat itu. Sebab sholat itu mecegah perbuatan keji dan munkar serta benteng dari perbuatan maksiat.
3. Ketiga
Wanita muslimah adalah yang menjaga hijabnya dengan rasa senang hati. Sehingga dia tidak keluar kecuali dalam keadaan berhijab rapi, mencari perlindungan Allah dan bersyukur kepadaNya atas kehormatan yang diberikan dengan adanya hukum hijab ini, dimana Allah Subhaanahu wata’ala menginginkan kesucian baginya dengan hijab tersebut. Allah berfirman:
Artinya: “Hai Nabi, Katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka”. yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, Karena itu mereka tidak di ganggu. dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Al Ahzab:59)
defenisi jilbab adalah pakaian longgar yang menutupi kepala hingga telapak kaki.
4. Keempat
Wanita muslimah selalu menjaga ketaatan kepada suaminya, seiya sekata, sayang kepadanya, mengajaknya kepada kebaikan, menasihatinya, memelihara kesejahteraannya, tidak mengeraskan suara dan perkataan kepadanya, serta tidak menyakiti hatinya.
Dengan isu persamaan gender wanita bekerja berinteraksi dengan laki-laki tanpa mengenal batas-batas pergaulan sehingga bercanda denga bukan muhrim sudah di anggap biasa. juga sering kita lihat seorang istri mengeraskan suara kepada suami dianggap lumrah, seorang suami menasehati istrinya terkadang di abaikan karna merasa dia mencari rezeki juga dengan bekerja, wahai istri soleha janganlah demikian karna kebanyakan penghuni neraka adalah kaum hawa. islam mengajari kita tekait tentang pergaulan mari kita memahami islam secara kaffah.
Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda:
إذا صلحت المرأة خمسها وصامت شهرها وأطاعت زوجهادخلت جنّة ربّها (رواه أحمد وطبراني)
5. Kelima
Wanita muslimah adalah wanita yang mendidik anak-anaknya untuk taat kepada Allah Subhaanahu wata’ala, mengajarkan kepada mereka aqidah yang benar, menanamkan ke dalam hati mereka perasaan cinta kepada Allah dan Rasul-Nya menjauhkan mereka dari segala jenis kemaksiatan dan perilaku tercela.
Allah berfirman, artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (QS. At Tahrim:6)
6. Keenam
Wanita muslimah tidak berkhalwat (berduaan) dengan laki-laki bukan mahramnya.
Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda, artinya: “Tidaklah seorang wanita itu berkhalwat dengan seorang laki-laki, kecuali setan menjadi pihak ketiganya” (Riwayat Ahmad)
Dia dilarang bepergian jauh kecuali dengan mahramnya, sebagaimana pula dia tidak boleh menghadiri pasar-pasar dan tempat-tempat umum kecuali karena mendesak. Itupun harus berhijab. Nabi Shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda:
Artinya: “Seorang wanita dilarang mengadakan suatu perjalanan sejarak sehari semalam keculai disertai mahramnya” (Mutafaq Alaih)
Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, artinya: “Diizinkan bagi kalian keluar rumah untuk keperluan kalian (wanita)” (Mutafaq Alaih)
7. Ketujuh
Wanita muslimah adalah wanita yang tidak menyerupai laki-laki dalam hal-hal khusus yang menjadi ciri-ciri mereka.
Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, artinya: “Allah melaknat laki-laki yang menyerupai wanita dan wanita-wanita yang menyerupai laki-laki”
Juga tidak menyerupai wanita-wanita kafir dalam hal-hal yang menjadi ciri khusus mereka, baik berupa pakaian, maupun gerak-gerik dan tingkah laku. Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
من تشبه بقوم فهو متهم(رواه أحمد، أبودٰود وغيره)
8. Kedelapan
Wanita muslimah selalu menyeru ke jalan Allah di kalangan wanita dengan kata-kata yang baik, baik berkunjung kepadanya, berhubungan telepon dengan saudara-saudaranya, maupun dengan sms. Di samping itu, dia mengamalkan apa yang dikatakannya serta berusaha untuk menyelamatkan diri dan keluarganya dari siksa Allah.
9. Kesembilan
Wanita muslimah selalu menjaga hatinya dari syubhat maupun syahwat. Memelihara matanya dari memandang yang haram. Allah Subhaanahu wata’ala berfirman:
Artinya : “Katakanlah kepada wanita yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya.” (QS. An Nur: 31)
Menjaga farjinya, memelihara telinganya dari mendengarkan nyanyian dan perbuatan dosa. Memelihara semua anggota tubuhnya dari penyelewengan. Ketahuilah yang demikian itu adalah takwa. Nabi Shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda:
10. Kesepuluh
Wanita muslimah selalu menjaga waktunya agar tidak terbuang sia-sia,baik siang hari atau malamnya. Maka dia menjauhkan diri dari ghibah (menggunjing), namimah (mengadu domba), mencaci dan hal lain yang tidak berguna.
Artinya: “Janganlah kalian saling dengki, saling membenci, saling mencari kesalahan dan bersaing dalam penawaran, namun jadilah hamba-hamba Allah yang bersatu” (Riwayat Muslim)
Artinya: “Mencaci seorang muslim adalah kefasikan dan membunuhnya adalah kekafiran” (Mutaffaq Alaih)
Allah Subhaanahu wata’ala berfirman, artinya: “Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-Hujurat:12)
referensi
Ustadzah Aufa
Wanita adalah salah satu makhluk ciptaan Allah Subhaanahu wata’ala yang mulia. Karakteristik wanita berbeda dari laki-laki dalam beberapa hukum misalnya aurat wanita berbeda dari aurat laki-laki. Wanita memiliki kedudukan yang sangat agung dalam islam. Islam sangat menjaga harkat, martabat seorang wanita. Wanita yang mulia dalam islam adalah wanita muslimah yang sholihah.
Wanita muslimah tidak cukup hanya dengan muslimah saja, tetapi haruslah wanita muslimah yang sholihah karena banyak wanita muslimah yang tidak sholihah. Allah Subhaanahu wata’ala sangat memuji wanita muslimah, mu’minah yang sabar dan khusyu’. Bahkan Allah Subhaanahu wata’ala mensifati mereka sebagai para pemelihara yang taat. Allah Subhaanahu wata’ala berfirman:
Artinya: “Maka wanita yang sholihah adalah yang taat, lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada dikarenakan Allah telah menjaga mereka.” (QS. An Nisa’:34)
Wanita shalihah adalah idaman setiap orang. Harta yang paling berharga, sebaik-baik perhiasan. Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, artinya: ”Dunia seluruhnya adalah perhiasan. Dan sebaik-baik perhiasan dunia adalah wanita yang sholihah.”
Alangkah indahnya jika setiap muslimah menjadi wanita yang sholihah, idaman setiap suami. Oleh karenanya seyogyanya setiap wanita bersegera untuk memperbaiki diri dan akhlaqnya agar menjadi wanita yang sholihah. Oleh karena itu kita harus mengetahui sifat dan ciri-ciri wanita sholehah, di antaranya:
1. Pertama
Wanita muslimah adalah wanita yang beriman bahwa Allah Subhaanahu wata’ala adalah Rabbnya, dan Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam adalah nabi-Nya, serta islam pedoman hidupnya. Dampak itu semua nampak jelas dalam perkataan, perbuatan, dan amalannya. Dia akan menjauhi apa-apa yang menyebabkan murka Allah, takut dengan siksa-Nya yang teramat pedih, dan tidak menyimpang dari aturan-Nya.
2. Kedua
Wanita muslimah selalu menjaga sholat lima waktu dengan wudlu’nya, khusyu’ dalam menunaikannya, dan mendirikan sholat tepat pada waktunya, sehingga tidak ada sesuatupun yang menyibukkannya dari sholat itu. Tidak ada sesuatupun yang melalaikan dari beribadah kepada Allah Subhaanahu wata’ala sehingga nampak jelas padanya buah sholat itu. Sebab sholat itu mecegah perbuatan keji dan munkar serta benteng dari perbuatan maksiat.
3. Ketiga
Wanita muslimah adalah yang menjaga hijabnya dengan rasa senang hati. Sehingga dia tidak keluar kecuali dalam keadaan berhijab rapi, mencari perlindungan Allah dan bersyukur kepadaNya atas kehormatan yang diberikan dengan adanya hukum hijab ini, dimana Allah Subhaanahu wata’ala menginginkan kesucian baginya dengan hijab tersebut. Allah berfirman:
Artinya: “Hai Nabi, Katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka”. yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, Karena itu mereka tidak di ganggu. dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Al Ahzab:59)
defenisi jilbab adalah pakaian longgar yang menutupi kepala hingga telapak kaki.
4. Keempat
Wanita muslimah selalu menjaga ketaatan kepada suaminya, seiya sekata, sayang kepadanya, mengajaknya kepada kebaikan, menasihatinya, memelihara kesejahteraannya, tidak mengeraskan suara dan perkataan kepadanya, serta tidak menyakiti hatinya.
Dengan isu persamaan gender wanita bekerja berinteraksi dengan laki-laki tanpa mengenal batas-batas pergaulan sehingga bercanda denga bukan muhrim sudah di anggap biasa. juga sering kita lihat seorang istri mengeraskan suara kepada suami dianggap lumrah, seorang suami menasehati istrinya terkadang di abaikan karna merasa dia mencari rezeki juga dengan bekerja, wahai istri soleha janganlah demikian karna kebanyakan penghuni neraka adalah kaum hawa. islam mengajari kita tekait tentang pergaulan mari kita memahami islam secara kaffah.
Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda:
إذا صلحت المرأة خمسها وصامت شهرها وأطاعت زوجهادخلت جنّة ربّها (رواه أحمد وطبراني)
5. Kelima
Wanita muslimah adalah wanita yang mendidik anak-anaknya untuk taat kepada Allah Subhaanahu wata’ala, mengajarkan kepada mereka aqidah yang benar, menanamkan ke dalam hati mereka perasaan cinta kepada Allah dan Rasul-Nya menjauhkan mereka dari segala jenis kemaksiatan dan perilaku tercela.
Allah berfirman, artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (QS. At Tahrim:6)
6. Keenam
Wanita muslimah tidak berkhalwat (berduaan) dengan laki-laki bukan mahramnya.
Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda, artinya: “Tidaklah seorang wanita itu berkhalwat dengan seorang laki-laki, kecuali setan menjadi pihak ketiganya” (Riwayat Ahmad)
Dia dilarang bepergian jauh kecuali dengan mahramnya, sebagaimana pula dia tidak boleh menghadiri pasar-pasar dan tempat-tempat umum kecuali karena mendesak. Itupun harus berhijab. Nabi Shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda:
Artinya: “Seorang wanita dilarang mengadakan suatu perjalanan sejarak sehari semalam keculai disertai mahramnya” (Mutafaq Alaih)
Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, artinya: “Diizinkan bagi kalian keluar rumah untuk keperluan kalian (wanita)” (Mutafaq Alaih)
7. Ketujuh
Wanita muslimah adalah wanita yang tidak menyerupai laki-laki dalam hal-hal khusus yang menjadi ciri-ciri mereka.
Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, artinya: “Allah melaknat laki-laki yang menyerupai wanita dan wanita-wanita yang menyerupai laki-laki”
Juga tidak menyerupai wanita-wanita kafir dalam hal-hal yang menjadi ciri khusus mereka, baik berupa pakaian, maupun gerak-gerik dan tingkah laku. Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
من تشبه بقوم فهو متهم(رواه أحمد، أبودٰود وغيره)
8. Kedelapan
Wanita muslimah selalu menyeru ke jalan Allah di kalangan wanita dengan kata-kata yang baik, baik berkunjung kepadanya, berhubungan telepon dengan saudara-saudaranya, maupun dengan sms. Di samping itu, dia mengamalkan apa yang dikatakannya serta berusaha untuk menyelamatkan diri dan keluarganya dari siksa Allah.
9. Kesembilan
Wanita muslimah selalu menjaga hatinya dari syubhat maupun syahwat. Memelihara matanya dari memandang yang haram. Allah Subhaanahu wata’ala berfirman:
Artinya : “Katakanlah kepada wanita yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya.” (QS. An Nur: 31)
Menjaga farjinya, memelihara telinganya dari mendengarkan nyanyian dan perbuatan dosa. Memelihara semua anggota tubuhnya dari penyelewengan. Ketahuilah yang demikian itu adalah takwa. Nabi Shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda:
10. Kesepuluh
Wanita muslimah selalu menjaga waktunya agar tidak terbuang sia-sia,baik siang hari atau malamnya. Maka dia menjauhkan diri dari ghibah (menggunjing), namimah (mengadu domba), mencaci dan hal lain yang tidak berguna.
Artinya: “Janganlah kalian saling dengki, saling membenci, saling mencari kesalahan dan bersaing dalam penawaran, namun jadilah hamba-hamba Allah yang bersatu” (Riwayat Muslim)
Artinya: “Mencaci seorang muslim adalah kefasikan dan membunuhnya adalah kekafiran” (Mutaffaq Alaih)
Allah Subhaanahu wata’ala berfirman, artinya: “Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-Hujurat:12)
referensi
Ustadzah Aufa
Langganan:
Postingan (Atom)